Biola

alat musik gesek dengan empat senar

Biola adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar (G3-D4-A4-E5) yang disetel berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah adalah G. Di antara keluarga biola, yaitu Viola, Selo dan Kontrabas, biola memiliki nada yang tertinggi. Alat musik dawai yang lainnya, bas, secara teknis masuk ke dalam keluarga viol. Kertas musik untuk biola hampir selalu menggunakan atau ditulis pada kunci G.

Biola
Alat musik dawai
Klasifikasi Alat musik gesek
Hornbostel–Sachs321.322-71
Rentangan permainan
Alat musik terkait
Pemusik

Sebuah nama yang lazim dipakai untuk biola ialah fiddle. Sebutan ini sering kali digunakan dalam permainan lagu-lagu tradisional (lihat di bawah).

Di dalam bahasa Indonesia, orang yang memainkan biola disebut pemain biola atau violinis (bahasa Inggris: Violinist - bedakan dengan violis atau pemain viola). Orang yang membuat atau membetulkan alat musik berdawai disebut luthier. Hi Violinist Waddle Dee!

Sejarah biola

sunting
 
Lukisan altar Gereja San Zaccaria (detail), Venesia, Giovanni Bellini, 1505

Alat musik dawai mula-mula biasa dimainkan dengan cara dipetik, misalnya, harpa tangan Yunani). Alat musik gesek diperkirakan berasal dari budaya penunggang kuda di kawasan Asia tengah, contohnya alat musik bangsa Mongolia Morin huur. Alat musik gesek berdawai dua dari bangsa Turkik dan Mongolia terbuat dari surai kuda, dimainkan dengan penggesek surai kuda, dan memiliki ukiran kepala kuda di bagian kepalanya. Biola, viola, dan selo, yang penggeseknya masih terbuat dari surai kuda, adalah peninggalan bangsa nomaden tersebut.[1]

Dipercayai bahwa alat-alat musik tersebut mula-mula dibawa ke Asia Timur, India, Bizantium, dan Timur Tengah. Di tempat-tempat tersebut, alat-alat musik gesek disesuaikan dengan lingkungan dan berkembang menjadi alat musik erhu, esra, harpa tangan Bizantium, dan rebab. Biola dalam bentuk modern bermula dari Italia Utara pada awal abad ke-16, terutama di kota pelabuhan Venesia dan Genova, yang berhubungan langsung ke Asia Tengah lewat Jalur Sutra.

Biola Eropa modern dipengaruhi oleh berbagai alat musik, terutama dari Timur Tengah[2] dan Bizantium.[3][4] Tiga jenis alat musik mula-mula yang biasanya disebut sebagai cikal-bakal biola adalah rebec (yang diturunkan dari harpa tangan Bizantium[5] dan rebab), vielle (biola abad Renaisans), dan lira da braccio[6] (yang juga diturunkan dari harpa tangan Bizantium[3]). Salah satu deskripsi terawal tentang biola, termasuk cara penyetelannya, ada di dalam Epitome musical karya Jambe de Fer, yang diterbitkan di Lyon pada 1556.[7] Perlahan-lahan biola mulai menyebar ke seluruh Eropa.

Biola tertua yang pernah dicatat yang memiliki empat senar seperti biola modern dibuat oleh Andrea Amati pada tahun 1555, walaupun tahun tepatnya diragukan. Biola yang lebih awal hanya memiliki tiga senar, disebut violetta. Seketika biola menjadi populer, baik di antara para pemusik jalanan maupun para bangsawan. Hal ini terbukti dengan raja Prancis Charles IX menyuruh Amati untuk membuat 24 biola untuknya pada tahun 1560.[8] Biola tertua yang masih ada saat ini adalah salah satu dari ke-24 biola ini. Biola tersebut diberi nama "Charles IX" dan dibuat di Cremona c. 1560. Biola zaman Renaisans yang paling bagus dengan ukiran dan hiasan adalah Gasparo da Salò (1574 c.) yang pertama-tama dimiliki oleh Ferdinand II, Adipati Utama Austria, dan selanjutnya, sejak 1841, oleh virtuoso Norwegia, Ole Bull, yang menggunakannya selama empat puluh tahun dan ribuan konser. Saat ini biola tersebut berada di Vestlandske Kustindustrimuseum, Bergen, Norwegia. "The Messiah" atau "Le Messie" (juga dikenal sebagai "Salabue") yang dibuat oleh Antonio Stradivari pada 1716 belum pernah sekalipun dipakai. Biola tersebut berada di Museum Ashmolean di Oxford.[9]

Terjadi perubahan yang cukup besar pada pembuatan biola pada abad ke-18, terutama dalam hal panjang dan sudut leher biola. Mayoritas alat musik lama telah diperbarui sesuai standar baru tersebut, sehingga menjadi berbeda dari keadaan ketika alat musik tersebut diselesaikan oleh seniman pembuat biola, termasuk perbedaan dalam hal suara dan respons.[10] Namun, kondisi alat-alat musik tersebut saat ini menjadi standar kesempurnaan pada seni pembuatan biola dan suara biola, sehingga pembuat biola di seluruh dunia berusaha untuk mendekati ideal tersebut sedapat mungkin.

Hingga hari ini, alat musik dari "Jaman Keemasan" pembuatan biola, terutama yang dibuat oleh Stradivari dan Guarneri del Gesù, adalah alat-alat musik yang paling diburu oleh kolektor dan pemain biola. Rekor harga biola saat ini untuk biola Stradivari adalah AS$3.544.000 dalam sebuah lelang pada 16 Mei 2006. Semua biola Stradivarius memiliki nama unik, misalnya, biola termahal Stradivari bernama "Hammer" ("Palu") yang dibuat pada tahun 1707.[11]

Bagian biola

sunting
 
Bagian-bagian biola

Sebuah biola dibagi menjadi beberapa bagian; badan biola, leher biola, jembatan biola, papan jari, senar, dan beberapa macam perangkat pembantu. Perangkat pembantu tersebut antara lain pasak penyetel untuk setiap senar, ekor biola untuk menahan senar, pin dan tali untuk menahan ekor biola, beberapa penyetel tambahan pada ekor biola bila diperlukan, dan sebuah penyangga dagu. (Penyangga dagu tersebut dapat tergabung dengan ekor biola ataupun dipasang di sebelah kirinya.)

Badan biola terdiri atas dua papan suara yang melengkung yang disatukan oleh kayu yang disebut iga biola yang dilem menggunakan lem binatang, lem kulit binatang, atau resin. Iga biola biasa terdiri dari bagian atas, keempat sudut, bagian bawah, dan garis tipis yang disebut lapisan dalam, yang membantu mempertahankan lekukan pada iga biola, dan memperluas permukaan untuk pengeleman. Dipandang baik dari depan maupun dari belakang, badan biola menyerupai bentuk jam pasir. Dua buah lekukan menyerupai huruf C pada kedua sisi samping biola memberikan ruang bagi peggesek biola untuk bergerak.

 
Tiang penyangga di dalam biola yang terlihat melalui lubang F

Umumnya permukaan atas biola dibuat dari kayu spruce, sejenis kayu cemara, yang dipahat sehingga memiliki bentuk yang simetris dan diberi dua lubang suara (atau lubang-F, diberi nama demikian karena bentuknya). Lubang suara tersebut memengaruhi kelenturan suara biola, dan juga sebagai "lubang napas" biola pada saat udara beresonansi di dalamnya. Pada pinggir permukaan ini, dibentuk suatu lekukan garis yang disebut purfling, tujuannya ialah menghalangi retakan yang berasal dari pinggir. Purfling palsu yang dicat pada permukaan biola biasanya menandakan kualitas biola yang rendah. Sebuah balok kayu kecil dipasang di dalam permukaan atas biola, sejajar dengan jembatan biola di atasnya, untuk menambah massa serta kekerasan permukaan atas biola.

Bagian belakang dan samping biola dibuat dari kayu mapel, biasa dipilih yang memiliki alur yang sama. Bagian belakang biola umumnya dibuat dari kayu utuh yang dipahat secara simetris. Bagian ini sering pula dibentuk purfling walaupun dalam hal ini tidak seberapa berpengaruh terhadap biola itu sendiri. Beberapa biola antik dibubuhi tulisan tangan atau diberi lapisan cat sebagai ganti purfling pada bagian belakang biola. Sebuah tonjolan setengah lingkaran kecil yang terdapat pada bagian yang dekat dengan leher biola memberikan permukaan tambahan pada saat pengeleman. Tonjolan tersebut penting untuk sambungan antara leher dan badan biola, tetapi pada saat mengukur panjang biola bagian ini tidak dihiraukan.

Leher biola biasanya terbuat dari kayu mapel yang sejenis dengan bagian belakang dan samping badan biola. Pada leher biola terdapat papan jari yang dibuat dari kayu eboni atau kayu lain yang dicat hitam. Kayu eboni sering dipilih oleh pengrajin biola karena sifatnya yang keras, menawan, dan tahan lama. Beberapa biola yang sangat tua menggunakan kayu mapel untuk papan jarinya, dan dipernis dengan kayu eboni. Pada ujung papan jari yang atas terdapat segaris kayu yang menonjol, biasa kayu eboni atau gading, yang disebut sadel atas. Tonjolan ini digunakan untuk menahan senar, sama seperti jembatan biola digunakan untuk hal yang sama di bagian badan biola.

 
Jembatan baru dan jembatan yang sudah jadi

Jembatan biola dipahat dengan hati-hati dari kayu mapel dan memiliki beberapa kegunaan: lengkungan atasnya menahan senar pada ketinggian tertentu dari papan jari dalam bentuk melengkung supaya dapat digesek sendiri-sendiri (atau bersamaan) dan menghantarkan getaran suara dari senar ke badan biola. Jembatan ini setelah dipasang juga dapat digerakkan untuk menyetel bunyi biola.

 
Empat buah penyetel tambahan pada masing-masing senar

Bagian Ekor biola adalah tempat menambatkan ujung bawah senar yang diselipkan ke dalam masing-masing dari empat lubangnya. Seringkali untuk senar E juga diberi penyetel tambahan untuk mempermudah penyetelan, tetapi untuk senar-senar yang lain juga dapat dipasangi penyetel tambahan ini. (Beberapa pemain tidak mau menambahi penyetel tambahan karena dapat memperberat biola dan mengubah kualitas suara yang dihasilkan.)

Penggesek biola

sunting
 
Detail penggesek biola

Penggesek biola terdiri dari sebatang kayu dan berhelai-helai rambut kuda yang dipasang dari satu ujung tongkat ke ujung yang lain. Rambut yang digunakan untuk busur biola ini biasanya diambil dari rambut ekor kuda putih jantan (rambutnya juga selalu bewarna putih keemasan), meskipun busur yang lebih murah menggunakan serat sintetis. Pada ujung bawahnya terdapat semacam sekrup yang digunakan untuk mengencangkan (saat akan dimainkan) atau mengendurkan (saat akan disimpan) rambut tersebut. Di dekat sekrup tersebut juga terdapat pegangan jempol serta jari-jari yang lain. Sekrup ini jika dikendurkan sampai habis, akan melepas Frog dari kayu yang ada di busur biola.

Jika busur biola rajin digosok dengan gala (Bahasa Inggris: rosin) akan membuat 'cengkeraman' busur ke senar menjadi lebih stabil dan terkontrol (tidak gampang lepas), dan dapat membantu teknik getaran. Batang kayu yang digunakan biasanya dibuat dari kayu pernambuco untuk hasil yang terbaik atau dari kayu brasil yang lebih murah, dan busur yang murah biasanya menggunakan serat gelas. Inovasi terakhir telah memungkinkan serat karbon untuk digunakan sebagai materi pembuatan batang kayu busur biola.

Senar biola

sunting
 
Senar biola sebelum dipasang

Senar dibuat dari usus domba, direntangkan, dikeringkan, lalu dipelintir. Pada suatu ketika ditemukan bahwa senar usus ini dapat dikembangkan dengan cara dicampuri logam. Hasil yang diperoleh dari proses ini adalah senar yang lebih kuat dan lebih seimbang, dan karena lebih padat dapat disetel dengan tekanan yang lebih besar, menghasilkan volume yang lebih besar pula. Dibanding dengan senar sintetis yang banyak digunakan sekarang, senar usus memiliki bunyi yang lebih hangat, seperti suara nyanyian.

Senar modern menggunakan baja padat, baja untingan, atau berbagai bahan sintetis. Semua senar untingan dan beberapa senar padat dilapisi dengan bermacam-macam logam untuk menyesuaikan massanya, diameternya, dan kadar airnya . Senar tertinggi E biasanya dari baja padat, yang kadang dicampur aluminium untuk mencegah "siulan". Lapisan emas mencegah karat pada senar dan juga mengurangi "siulan". Baja tahan karat menghasilkan suara yang sedikit berbeda. Senar berinti sintetis menggabungkan kualitas yang dihasilkan senar usus dengan ketahan-lamaan dan stabilitas penyetelan. Senar ini lebih sensitif kepada perubahan kelembaban daripada senar usus, dan tidak begitu sensitif terhadap perubahan temperatur daripada senar logam.

Ukuran biola

sunting

Anak-anak yang mulai belajar biola pada saat belum bertumbuh maksimal biasanya menggunakan biola yang berukuran lebih kecil yang dimulai dari yang terkecil 1/16, 1/10, 1/8, 1/4, 2/4 (1/2), 3/4, dan biola untuk dewasa 4/4. Kadang kadang biola berukuran 1/32 juga digunakan (ukurannya sangat kecil). Ada juga biola 7/8 yang biasanya digunakan oleh wanita.

Panjang badan (tidak termasuk leher) biola 'penuh' atau ukuran 4/4 adalah sekitar 36 cm (atau lebih kecil menurut beberapa model dari abad ke-17). Biola 3/4 sepanjang 33 cm, 1/2 sepanjang 30 cm. Sebagai perbandingannya, viola 'penuh' berukuran sekitar 40 cm.

Untuk menentukan ukuran biola yang cocok digunakan oleh seorang anak, biasanya sang anak disuruh memegang sebuah biola dan tangannya harus sampai menjangkau hingga ke gulungan kepala biola. Beberapa guru juga menganjurkan ukuran yang lebih kecil semakin baik.

Pemula biasanya menggunakan penanda di papan jari untuk menandai posisi jari tangan kiri, tetapi begitu terbiasa maka akan dilepaskan. Cara yang lain adalah dengan memberi setitik 'tip-ex' putih sebagai penanda posisi jari yang lama-lama akan hilang jika terus berlatih.

Biola biasanya digunakan dengan tangan kanan memegang busur dan tangan kiri menekan senar, meskipun orang tersebut adalah kidal, tetapi dalam beberapa kasus kadang-kadang seseorang juga dapat memainkannya secara kebalikan.

Bermain biola

sunting
 
Musisi Violin bermain otomatis
 
Penyangga bahu

Walaupun ada beberapa pemain biola yang memainkan dengan kidal, tetapi mayoritas pemain biola, kidal maupun tidak kidal, bermain dengan biola di tangan kiri dan busur di tangan kanan. Cara yang benar untuk bermain biola adalah dengan memegang biola dengan tangan kiri, dan penyangga dagu pada biola diapit dengan dagu dan pundak kiri, dapat dibantu dengan penyangga bahu, tetapi banyak pemain yang memilih tidak menggunakannya. Bermain biola dapat dilakukan dengan berdiri maupun duduk di kursi, sesuai selera pemain.

Cara membunyikan biola dapat dengan digesek dengan busur maupun dipetik dengan jari tangan kanan (teknik ini disebut dengan pizzicato). Walaupun untuk pemain biasa memetik senar biola dengan teknik pizzicato selalu dilakukan dengan jari tangan kanan, tetapi ada pula pemain yang memetik dengan tangan kiri dan lagu-lagu khusus yang memerlukan kecepatan tinggi antara menggesek dengan busur dan memetik dengan jari sehingga jari tangan kiri yang digunakan.

Salah satu virtuoso biola yang terkenal sering bermain dengan kombinasi staccat, pizzicato (dengan menggunakan kedua tangan), harmoni, dan interval musik yang luas (seperti menggunakan interval mayor ke-10) pada musik konsernya adalah Paganini.

Tangan kiri

sunting
Kyoko Yonemoto memainkan Caprice No. 24 karya Paganini dengan biola

Karena biola tidak memiliki fret seperti gitar sebagai penanda jari, seorang pemain biola harus benar-benar tahu di mana letak suatu nada dengan menggunakan perasaan. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan berlatih terus menerus sehingga jari-jari tangan dapat secara otomatis menekan nada yang diinginkan dengan tepat (ingatan otot). Selain melatih jari, pemain biola juga harus melatih telinga sehingga dapat membedakan nada-nada sumbang, walaupun hanya sedikit saja.

Teknik yang digunakan oleh para pemula untuk menandai letak nada pada biola antara lain dengan selotip yang ditempelkan pada leher biola, atau dengan menggunakan Tip X putih untuk menandai posisi jari. Setelah latihan dengan rajin, seorang pemula diharapkan akan dapat mengingat-ingat dan meninggalkan metode-metode di atas dan mengandalkan refleks saja. Metode ini dianggap kurang begitu baik karena mengandalkan indra penglihatan, bukan pendengaran, sedangkan dalam bermain biola mengetahui posisi jari bukan melalui penglihatan, karena pemain juga harus membaca not musik, melainkan harus melalui pendengaran.

 
Posisi jari pada fret biola

Latihan pendengaran untuk pemula sebaiknya dilakukan sejak dini agar fondasinya kokoh. Salah satu teknik yang sering digunakan adalah dengan melatih bunyi yang sama. Keempat senar biola memiliki empat 'nada terbuka' atau 'senar terbuka', yaitu G-D-A-E (diberi warna hitam pada gambar), nada yang berbunyi jika senar digesek tanpa ditekan oleh jari. Keempat nada terbuka ini akan turut bersuara jika nada serupa pada senar lain dibunyikan (karena persamaa frekuensi), misalnya senar D akan berbunyi jika nada D (kiri bawah pada gambar) pada senar G dibunyikan. Pada posisi pertama ada sembilan 'nada tertutup' (atau 'senar tertutup', yaitu nada yang berbunyi jika ditekan oleh jari) yang memiliki resonansi akustik dengan keempat nada terbuka di atas.

Posisi jari

sunting

Jari tangan biasanya diberi nomor 1 (telunjuk) hingga 4 (kelingking), dan not-not musik, terutama untuk para pemula, diberi penomoran demikian untuk menandai jari mana yang harus digunakan. Nomor 0 berarti nada terbuka (jari tidak menekan senar). Bagan di samping menunjukkan posisi pertama pada biola, yaitu nada-nada yang dapat ditekan oleh jari tanpa harus menggeser posisi tangan. Yang tidak terlihat pada gambar di samping adalah jarak antara nada-nada tersebut yang semakin tinggi semakin kecil jaraknya. Garis biru menandakan posisi selotip untuk jari 1-2-3 yang biasa digunakan oleh pemula.

Posisi jari, seperti yang telah disinggung di atas, merupakan istilah untuk menggambarkan letak tangan relatif terhadap leher biola. Posisi natural (yaitu posisi dasar) disebut Posisi 1; pada posisi ini tangan kiri memegang leher biola secara natural, jari-jari tangan dapat digunakan untuk memainkan seluruh tangga nada G mulai dari senar G dengan nada tertinggi nada B pada senar E. Pada biola maupun alat-alat musik gesek lainnya posisi ini merupakan posisi yang paling sering digunakan.

Dengan menggeser posisi tangan kiri turun ke arah badan biola maka dikatakan posisinya telah berubah. Posisi 2 dicapai dengan memposisikan jari telunjuk (jari 1) pada jari 2 di posisi 1, dengan kata lain posisi jarinya bergeser satu; Posisi 2 memiliki jangkauan mulai dari nada terendah B di G dan nada tertinggi C# di E. Posisi ketiga dari C di G hingga D# dan seterusnya. Setelah Posisi 5 biasanya hanya pemain yang mahir yang menggunakannya untuk dapat memainkan nada-nada tinggi di senar E, dan biasanya sudah tidak diberi nama lagi (mis. walaupun secara teori ada Posisi 15, posisi yang dianggap tertinggi, tetapi hal tersebut tidak pernah diajarkan secara lisan). Batas atas nada biola tergantung pada tingkat kemahiran pemain seorang pemain biola, yang dapat dengan mudah bermain dua tangga nada pada satu senar, atau maksimal empat tangga nada pada keempat senar. Posisi terendah biasanya disebut Posisi ½, yaitu di antara nada terbuka dan Posisi 1, walaupun posisi ini jarang digunakan.

Senar yang digunakan untuk memainkan suatu nada biasanya memengaruhi kualitas nada, atau yang disebut dengan timbre, yang dihasilkan. Contohnya, walaupun nada E rendah dapat dimainkan di senar G (Posisi 2 - Posisi 5) dan di senar D (Posisi 1), tetapi kadang-kadang penulis musik menginginkan nada tersebut dimainkan di senar tertentu, contohnya dengan markah sul G yang berarti 'dimainkan di senar G' dan seterusnya. Jika tidak disebutkan secara eksplisit, maka seorang pemain dapat secara bebas menggunakan senar yang dipilihnya.

Senar terbuka

sunting
Contoh audio:
 
Nada dasar dawai biola

Menggesek ataupun memetik nada terbuka (senar terbuka) — yakni nada yang dibunyikan tanpa menekan senar dengan jari — memiliki suara yang khas dan berbeda dengan nada yang sama yang dibunyikan secara tertutup (ditekan oleh jari), misalnya nada terbuka D (di senar D) dan nada D pada senar G. Hal ini dikarenakan getaran senar yang lebih leluasa pada sadel atas jika tidak dihalangi oleh jari tangan. Selain dari nada G rendah, yang hanya memiliki satu cara untuk memainkannya, biasanya pemain musik biola klasik cenderung menghindari bunyi nada terbuka, karena kualitas nadanya yang lebih 'kasar' — terutama nada terbuka E — dibanding nada-nada tertutup lainnya, dan pemain tidak dapat menggunakan teknik getaran (vibrato) pada nada terbuka, walaupun bagi pemain yang mahir hal ini dapat diakali dengan cara melakukan teknik vibrato pada nada yang satu oktaf lebih tinggi dari nada terbuka tersebut.

Beberapa penulis musik dapat membubuhkan tanda di musiknya jika sebuah nada perlu dimainkan dengan menggunakan senar terbuka, seperti pada karya-karya awal komponis seperti Bach. Nada terbuka juga dapat dimainkan pada bagian musik yang cepat, yang suaranya kurang lebih tidak dapat dibedakan.

Pemberhentian ganda

sunting

Pemberhentian ganda merupakan istilah untuk teknik memainkan biola dengan menggesek dua nada tertutup pada dua senar yang berbeda secara bersamaan, yang menghasilkan bunyi kord. Teknik pemberhentian ganda juga dapat dimainkan hanya dengan satu nada tertutup dan nada lainnya merupakan Senar terbuka. Tiga atau empat nada juga dapat dimainkan secara bersamaan oleh pemain yang mahir, yang masing-masing disebut dengan 'pemberhentian ganda tiga' dan 'pemberhentian ganda empat' (nada-nadanya dapat dimainkan secara bersamaan atau dengan melakukan teknik pemberhentian ganda dua kali)

Getaran

sunting

Getaran atau vibrato merupakan teknik menggetarkan senar dengan jari yang menekan senar. Senar digeser (sambil ditekan) dengan cepat maju-mundur sehingga menimbulkan suara bergetar. Teknik ini juga biasa disebut vibrasi.

Harmonik

sunting

Nada harmonik pada biola dibunyikan dengan menyentuh (bukan menekan) senar pada posisi tertentu yang menyebabkan timbulnya suara yang lebih tinggi dari suara nada pada posisi yang sama jika ditekan.

Tangan kanan

sunting

Tangan kanan sebagai pemegang busur memiliki peranan penting dalam menciptakan suara. Tangan kanan bertanggung jawab dalam hal kualitas nada, ritme, dinamik, artikulasi, dan timbre. Dengan mengetahui teknik-teknik menggesek busur yang baik, maka seorang pemain dapat mengatur suara yang dihasilkan oleh biola.

Teknik yang terpenting dalam menggesek biola adalah cara memegang busur. Biasanya busur dipegang dengan jempol yang dimasukkan di sela-sela ujung bawah busur. Jari-jari yang lain diletakkan di sebelah atas busur.

Suara yang dihasilkan akan lebih keras jika busur digesek dengan kecepatan tinggi atau dengan memberi tekanan pada senar biola. Kualitas suara yang dihasilkan berbeda, jika senar semakin ditekan oleh busur, maka suara yang dihasilkan akan semakin kasar.

Posisi senar yang digesek juga memengaruhi suara yang dihasilkan. Senar yang digesek di dekat jembatan biola (sul ponticello) akan lebih besar suaranya daripada jika digesek jauh dari jembatan biola.

Ada banyak teknik menggesek biola yang memungkinkan berbagai macam pemain untuk menghasilkan berbagai macam suara, termasuk di antaranya adalah legato, collé, ricochet, sautillé, martelé, spiccato, dan staccato.

Petikan

sunting

Petikan atau pizzicato (disingkat pizz.) menandakan teknik memetik senar biola dengan jari tangan kanan.

Teknik busur lainnya

sunting
Col legno
(bahasa Italia: col legno - dengan kayu) - membunyikan senar dengan bagian kayu busur, bukan surainya.
Spicacto
memantul-mantulkan busur pada senar dengan kecepatan sedang, biasanya dilakukan dengan permainan jari yang cepat.
Tremolando
pengulangan yang sangat cepat (biasanya satu nada saja, tetapi kadang-kadang lebih dari satu) yang dilakukan dengan puncak busur.

Peredam suara

sunting
 
Peredam suara

Sebuah peredam suara dapat dipasangkan pada jembatan biola untuk menghasilkan nada yang lebih pelan. Peranti ini dapat berupa jepitan seperti penjepit baju dari plastik maupun sebuah pengganjal dari karet atau besi.

Selain untuk latihan di tempat yang tidak memungkinkan untuk bersuara keras, beberapa musik juga secara khusus dituliskan con sordino (sering disingkat con sord, sord, sordino) yang berarti "diam" dalam bahasa Italia. Pemain lalu memasangkan peredam suara tersebut. Jika pada musik tertulis senza sordino (atau senza sord) maka alat tersebut dilepas.

Dalam musik bahasa Inggris, istilah yang digunakan adalah mute dan unmute. Ekuivalensinya dalam bahasa Jerman dan Prancis adalah mit Dämpfer (Dämpfer auf)—ohne Dämpfer (Dämpfer ab/weg) dan sourdine

Jika bahasa menjadi kendala, maka seorang pemain biola dapat membubuhkan tanda yang berarti "diam" dan peredam suara dipasang dan dalam bahasa Jerman yang berulang-ulang terdapat petunjuk untuk memasang dan melepas peredam suara.

Aliran musik biola

sunting

Klasik

sunting

Sejak zaman Barok dan Rococo biola telah menjadi alat musik yang vital dalam seni musik Barat karena beberapa sebab. Nada yang dihasilkan biola terdengar dengan lebih jelas dari alat musik klasik yang lain, menjadikannya cocok untuk memainkan bagian melodi musik. Jika dimainkan oleh orang yang ahli, maka biola merupakan alat musik yang sangat cepat dan dapat memainkan rentetan nada yang cepat dan sukar.

Dalam orkestra, biola merupakan sebagian besar dari musik yang dimainkan. Pemain biola dibagi menjadi dua bagian, biasa disebut dengan pemain biola pertama dan kedua. Komposer biasanya memberikan bagian nada melodi kepada pemain pertama, sedangkan pemain kedua memainkan nada harmoni atau nada melodi satu oktaf di bawah pemain pertama. Pemain kedua juga biasanya duduk di bagian dalam dan bertugas untuk membalik kertas not ketika duduk berdampingan di samping pemain pertama yang duduk di bagian luar lebih dekat ke para pirsawan.

Kuartet gesek biasanya terdiri dari dua pemain biola - satu pemain pertama dan satu pemain kedua -, seorang pemain viola, dan seorang pemain cello.

Karena potensi biola jika dimainkan oleh maestro biola dapat menghasilkan lagu yang sangat indah, maka biola yang berkualitas tinggi dapat mencapai harga yang sangat mahal.

Penggunaan biola dalam musik jazz sudah tercatat sejak awal abad ke-20. Salah satu pionirnya yang terkenal adalah Joe Venuti. Pemain biola jazz ternama Indonesia antara lain Luluk Purwanto. Untuk daftar pemain biola jazz, lihat pula daftar pemain biola jazz.

Beberapa contoh musik pop yang memadukan unsur biola ke dalam musik mereka antara lain: The Corrs, yang memadukan musik rakyat Irlandia yang sering menggunakan biola, Dixie Chicks yang bergenre country, dan Electric Light Orchestra yang beraliran cadas, Vanessa Mae, Bond, Nigel Kennedy, Yellowcard, Dave Matthews Band, dan lain-lain.

Rakyat

sunting

Beberapa contoh musik rakyat (folk) yang banyak memakai biola: musik rakyat Irlandia, bluegrass (Amerika Serikat), keroncong (Portugal dan Indonesia), dan musik Melayu.

Membuat biola

sunting

Perawatan

sunting

Menyetel senar

sunting


Pemain biola

sunting

Komposer musik biola

sunting

Umumnya mereka juga dapat bermain biola.

Komposer yang dapat bermain biola

Pemain terkenal

sunting
 
Itzhak Perlman bermain biola di Gedung Putih

Tokoh terkenal yang bermain biola

sunting

Fiktif:

Pemain biola Indonesia

sunting

Tokoh terkenal Indonesia yang bermain biola

Lihat pula

sunting

Galeri

sunting

Bacaan yang lebih mendalam

sunting
  • Principles of Violin Playing and Teaching, by Ivan Galamian (1999), Shar Products Co. ISBN 0-9621416-3-1
  • The Contemporary Violin: Extended Performance Techniques, by Patricia and Allen Strange (2001), University of California Press. ISBN 0-520-22409-4
  • The Fiddle Book, by Marion Thede (1970), Oak Publications. ISBN 0-8256-0145-2
  • Latin Violin, by Sam Bardfeld, ISBN 0-9628467-7-5
  • The Cambridge Companion to the Violin, edited by Robin Stowell (1992), Cambridge University Press. ISBN 0-521-39033-8
  • The Violin Explained - Components Mechanism and Sound by James Beament (1992/1997), Clarendon Press. ISBN 0-19-816623-0
  • Antonio Stradivari, his life and work, 1644-1737, by William Henry Hill; Arthur F Hill; Alfred Ebsworth Hill (1902/1963), Dover Publications. 1963. OCLC 172278. ISBN 0-486-20425-1
  • An Encyclopedia of the Violin, by Alberto Bachmann (1965/1990), Da Capo Press. ISBN 0-306-80004-7
  • Violin - And Easy Guide, by Chris Coetzee (2003), New Holland Publishers. ISBN 1-84330-332-9
  • The Violin, by Yehudi Menuhin (1996), Flammarion. ISBN 2-08-013623-2
  • The Book of the Violin, edited by Dominic Gill (1984), Phaidon. ISBN 0-7148-2286-8
  • Violin-Making as it was, and is, by Ed. Heron-Allen (1885/1994), Ward Lock Limited. ISBN 0-7063-1045-4
  • Violins & Violinists, by Franz Farga (1950), Rockliff Publishing Corporation Ltd.
  • Viols, Violins and Virginals, by Jennifer A. Charlton (1985), Ashmolean Museum. ISBN 0-907849-44-X
  • The Violin, by Theodore Rowland-Entwistle (1967/1974), Dover Publications. ISBN 0-340-05992-3
  • The Early Violin and Viola, by Robin Stowell (2001), Cambridge University Press. ISBN 0-521-62555-6
  • The Complete Luthier's Library. A Useful International Critical Bibliography for the Maker and the Connoisseur of Stringed and Plucked Instruments by Roberto Regazzi. ISBN 88-85250-01-7
  • The Violin, by George Dubourg (1854), Robert Cocks & Co.
  • Violin Technique and Performance Practice in the Late 18th and Early 19th Centuries, by Robin Stowell (1985), Cambridge University Press. ISBN 0-521-23279-1
  • History of the Violin, by William Sandys and Simon Andrew (2006), Dover Publications. ISBN 0-486-45269-7
  • The Violin: A Research and Information Guide, by Mark Katz (2006), Routledge. ISBN 0-8153-3637-3

Referensi dan pranala luar

sunting
  1. ^ "The Silk Road: Connecting Cultures, Creating Trust, Silk Road Story 2: Bowed Instruments". Smithsonian Center for Folk life and Cultural Heritage. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-13. Diakses tanggal 2008-09-26. 
  2. ^ Hoffman, Miles. "The NPR Classical Music Companion: Terms and Concepts from A to Z". Chicago Symphony Orchestra. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-07. Diakses tanggal 2008-09-26. 
  3. ^ a b Grillet 1901, hlm. 29
  4. ^ Margaret J. Kartomi: On Concepts and Classifications of Musical Instruments. Chicago Studies in Ethnomusicology, University of Chicago Press, 1990
  5. ^ {{{Last}}} ({{{Year}}})
  6. ^ Arkenberg, Rebecca (2002). "Renaissance Violins". Metropolitan Museum of Art. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-07. Diakses tanggal 2006-09-22. 
  7. ^ Deverich, Robin Kay (2006). "Historical Background of the Violin". ViolinOnline.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-08. Diakses tanggal 2006-09-22. 
  8. ^ Bartruff, William. "The History of the Violin". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-02-08. Diakses tanggal 2006-09-22. 
  9. ^ "Violin by Antonio Stradivari, 1716 (Messiah; la Messie, Salabue)". Cozio.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-08. Diakses tanggal 2008-09-26. 
  10. ^ Richard Perras. "Violin changes by 1800". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-11-26. Diakses tanggal 2006-10-29. 
  11. ^ Salinan arsip, diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-12, diakses tanggal 2009-10-12