Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS KOMPETENSI DAN

KONTESKTUAL

Moh. Ainin

Jurusan Sastra Arab Fak. Sastra Universitas Negeri Malang

Abstract: The objective of this study is to describe the competence and CTL based
Arabic teaching-learning by the students of the Department of Arabic Language
Education, State University of Malang undertaking the program of teaching
practicum at the State Islamic Senior High School, Malang (Madrasah Aliyah
Negeri Malang). The design of this study is descriptive-qualitative. The results show
that (1) there were redundancies in the development of competence standards and
competence bases, (2) the students used Hidayat textbooks in which the language
practices cannot be deemed valid, (3) the stages of teaching-learning activities fell
into the categories of opening, main activity, and closing, (4) the indicators
developed in the teaching-learning processes were more varied than those developed
in the instructional planning, (5) the CTL components in the teaching-learning
activities were not fully implemented, except in the teaching and learning of
reading, (6) the students used electronic and non-electronic media, and (7) the
students applied both process and product oriented evaluation. However, it can be
said that the product oriented test had a low level of validity.

Key words: Arabic of teaching-learning, CTL and competence based Arabic


teaching-learning, teaching practicum.

Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (a) Menguasai bahan (kurikulum, bidang
(PSPBA) Jurusan Sastra Arab (JSA) studi, dan metodologi), (b) mengelola
Fakultas Sastra (FS) Universitas Negeri program belajar mengajar, (c) mengelola
Malang (UM) merupakan salah satu kelas, (d) menggunakan media/sumber belajar,
program studi yang diberi kewenangan (e) menguasai landasan kependidikan, (f)
untuk menghasilkan tenaga kependidikan mengelola interakasi belajar-mengajar, (g)
(guru) bahasa Arab profesional. Profesio- menilai prestasi siswa, (h) mengenal fungsi
nalitas guru, khususnya guru bahasa dan program pelayanan dan penyuluhan, (i)
Arab, ditandai oleh kemampuannya mengenal dan menyelenggarakan administrasi
dalam memahami dan mengembangkan sekolah, dan (j) memahami prinsip-prinsip dan
kurikulum, bahan ajar, strategi menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan
pembelajaran, sistem penilaian, dan sikap guna keperluan pengajaran.
positif terhadap tugasnya. Pernyataan itu Untuk menghasilkan tenaga kependidikan
senada dengan pendapat Amidjaja (1981), (guru bahasa Arab) yang handal dan
bahwa profil kemampuan guru meliputi: profesional, PSPBA JSA FS UM telah
110
Ainin, Pembelajaran Bahasa Arab 111

menetapkan struktur kurikulum agar tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan


lulusan yang dihasilkan memiliki oleh peserta didik, berupa penguasaan
kompetensi sebagaimana tersebut. Salah terhadap seperangkat kompetensi tertentu
satu matakuliah yang memberikan (Mulyasa, 2003). Oleh karena itu, rumusan
pengalaman dan keterampilan langsung kompetensi dalam KBK merupakan
kepada mahasiswa agar menjadi guru pernyataan apa yang diharapkan dapat
bahasa Arab profesional adalah diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa
matakuliah Program Pengalaman dalam setiap tingkatan kelas dan satuan
Lapangan (PPL). Matakuliah PPL ini pendidikan dan sekaligus menggambarkan
untuk mengintegrasikan pengetahuan kemampuan siswa yang dicapai secara
teoretis yang diperoleh dari kampus bertahap dan keberlanjutan untuk menjadi
dengan pengalaman praktik di lapangan kompeten (Depdiknas, 2002).
(Universitas Negeri Malang, 2004). KBK atau Competency-Based Curriculum
Dilihat dari statusnya, matakuliah adalah kurikulum pendidikan yang
tersebut bersifat intrakurikuler dengan menjadikan kompetensi sebagai acuan
bobot 4 sks/16 js yang wajib diikuti oleh pencapaian tujuan pendidikan. Sementara itu,
setiap mahasiswa. CTL merupakan konsep pembelajaran yang
Dalam buku Pedoman Pendidikan membantu guru untuk menghubungkan materi
UM 2004, dikemukakan bahwa tujuan pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
PPL adalah agar mahasiswa memperoleh mendorong siswa untuk menciptakan
pengalaman praktik di lapangan, sebagai hubungan antara pengetahuan dan
wahana pembentukan kemampuan penerapannya dalam kehidupan mereka
akademik profesional dalam bidang sebagai anggota masyarakat (Blanchard,
keahliannya. PPL dalam konteks ini 2005). KBK dan CTL mempunyai hubungan
adalah PPL kependidikan. Artinya, yang erat. KBK merupakan model
kegiatan di lapangan berupa kegiatan pengembangan kurikulum, sedangkan CTL
belajar mahasiswa yang dilakukan di merupakan model strategi pembelajaran.
lapangan/sekolah. Kegiatannya meliputi CTL sebagai suatu strategi pembelajaran
latihan mengajar, membimbing siswa, memiliki keunggulan-keunggulan. Hasil
mempelajari administrasi sekolah, dan penelitian yang dilakukan oleh The Contextual
atau tugas-tugas kependidikan lainnya Learning Institute and Consortium (CLIC)
secara terbimbing dan terpadu untuk pada tahun 1996 menunjukkan bahwa (a)
pembentukan kemampuan profesi siswa lebih bertanggung jawab terhadap
kependidikan (Universitas Negeri belajarnya, (b) siswa lebih disiplin,
Malang, 2004). ketidakhadiran, dan keterlambatan menjadi
Dalam kegiatan praktik pembelajaran menurun, (c) siswa lebih senang melakukan
di sekolah, mahasiswa PPL, khususnya interaksi sosial secara positif, (d) semangat
mahasiswa PSPBA tentunya berpedoman belajar meningkat, baik yang berbakat
pada kurikulum yang dikembangkan di maupun yang kurang berbakat, (e) guru CTL
sekolah. Kurikulum yang dikembangkan memerlukan dukungan logistik yang berbasis
saat ini adalah Kurikulum Berbasis sekolah, (f) team teaching dan perencanaan
Kompetensi (KBK) dengan strategi waktu penting dalam CTL, dan (g) kelas yang
Contextual Teaching and Learning memiliki waktu belajar lebih banyak dan guru
(CTL). KBK sebagai konsep kurikulum yang bekerja secara tim (teacher teamwork)
menekankan pada pengembangan merupakan kunci utama dalam pembelajaran
kemampuan melakukan (kompetensi) berbasis kontekstual (http//www. ateec.org/
tugas-tugas dengan standar performansi curric/ctlinfo.cfm, 2005).
112 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007

Mahasiswa, khususnya mahasiswa kualitatif tentang fenomena pembelajaran


PSPBA sebagai agen pembaharuan bahasa Arab di kelas yang dilakukan oleh
dalam pembe-lajaran bahasa Arab, subjek. Teknik pengumpulan adalah observasi
tentunya, diharapkan memiliki wawasan partisipasi pasif dan wawancara. Instrumen
yang komprehensif tentang KBK dan kunci adalah human instrumen dengan
CTL serta mampu menerapkannya dalam instrumen bantu berupa pedoman observasi,
pembelajaran bahasa Arab. Untuk catatan lapangan, dan pedoman wawancara.
menghasilkan mahasiswa yang memiliki Pendekatan analisis data yang digunakan
kompetensi tentang KBK dan CTL, adalah pendekatan analisis data interaktif yang
PSPBA JSA telah memberikan bekal disarankan oleh Mile dan Huberman (dalam
kepada mereka tentang hal itu melalui Denzin, dan Lincoln,1994). Langkah-langkah
matakuliah PBM sehingga mereka analisis data meliputi: pengumpulan data dan
diharapkan dapat mengembangkannya pengecekan catatan lapangan, reduksi data,
pada saat praktik mengajar di sekolah penyajian data, penjelasan data, penyimpulan,
atau pada saat mereka menjadi guru di dan pemaknaan hasil temuan. Untuk
lembaga pendidikan. memperoleh hasil analisis yang sahih, sejak
Permasalahannya, bagaimanakah proses pengumpulan data sampai dengan
mereka menerapkan KBK dan CTL analisis data, digunakan teknik pensahih data
dalam pembelajaran bahasa Arab di yang diadaptasi dari Lincoln dan Guba (1985).
sekolah, khususnya di MAN Malang Langkah-langkah pensahih data dan temuan
tempat mereka melaksanakan PPL, baik adalah observasi terus menerus,
dalam kegiatan perencanaan, pembelajar- mendiskusikan data dan hasil analisis dengan
an, maupun penilaian. Berpijak dari pihak tertentu yang dipandang ahli,
permasalahan itu, penelitian mengenai memeriksa kembali catatan lapangan secara
pembelajaran bahasa Arab berbasis cermat, dan memanfaatkan sumber di luar
kompetensi dan CTL oleh mahasiswa data yang dianalisis (triangulation).
PPL PSPBA JSA FS UM di MAN
Malang dilaksana-kan. Melalui penelitian HASIL
ini, PSPBA, JSA FS UM memperoleh
gambaran objektif, komprehensif, dan Rancangan Pembelajaran
sistematis mengenai kemampuan kinerja
mahasiswanya dalam menerap-kan KBK Berdasarkan hasil analisis data, dapat
dan CTL dalam pembelajaran bahasa dikemukakan bahwa dari aspek rancangan
Arab di sekolah tempat mereka PPL. pembelajaran (RP), hasil penelitian
Selanjutnya, data tersebut dapat dijadikan menunjukkan RP yang disusun oleh
sebagai bahan refleksi PSPBA JSA untuk mahasiswa PPL (praktikan) merupakan given
meningkatkan kualitas lulusannya, baik dari guru pamong, baik dari sisi substansinya
dari aspek teoretis maupun praktis. maupun strukturnya. RP disusun untuk per
aspek keterampilan berbahasa, bukan per unit
pelajaran. Struktur RP-nya meliputi: (a)
METODE identitas matapelajaran, (b) standar
Penelitian ini menggunakan rancang- kompetensi, (c) kompetensi dasar, (d)
an kualitatif dan termasuk penelitian indikator keberhasilan belajar, (e) kegiatan
kelas (Van Lier, L., 1988). Subjek dalam pembelajaran, (f) alat dan sumber belajar, dan
penelitian ini adalah mahasiswa PPL di (g) penilaian.
MAN Malang semester genap 2005/2006. Terdapat kerancuan antara rumusan dalam
Data dalam penelitian ini berupa data standar kompetensi dan rumusan dalam KD.
Ainin, Pembelajaran Bahasa Arab 113

Kerancuan itu ditandai oleh tidak adanya terlalu panjang dan secara struktural juga
perbedaan substansi rumusan dalam terlalu kompleks bagi siswa MA.
standar kompetensi dan KD. Perbedaan-
nya hanya terletak pada ruang lingkup Langkah-Langkah Pembelajaran
materi ajarnya, sekalipun RP disusun per Langkah-langkah pembelajaran oleh
aspek keterampilan. Demikian pula, praktikan dapat dikelompokkan menjadi tiga
dalam RP tersebut juga ditemukenali tahap, yaitu tahap pembukaan, kegiatan inti,
rumusan indikator keberhasilan yang dan penutup. Aktivitas pembelajaran pada
kurang operasional, sepesifik, kurang tahap pembukaan itu meliputi, pembacaan
mencerminkan kompetensi komunikatif, ayat-ayat suci Alquran, solawat Nabi, dan
dan bahkan ada rumusan yang lebih asma ul husna secara klasikal, pemberian
menggambarkan proses daripada salam, presensi, dan pemberian apresepsi.
kompetensi. Aktivitas pembelajaran pada tahap kegiatan
inti meliputi pengenalan materi baru (melalui
Bahan Ajar/Buku Ajar kegiatan dengar-baca), pemahaman materi
Buku ajar/buku teks (BT) yang baru, dan kegiatan latihan (menjawab
digunakan oleh praktikan dalam pertanyaan latihan). Sementara itu, aktivitas
pembelajaran bahasa Arab di Madrasah pada kegiatan penutup berupa refleksi. Dalam
Aliyah (MA) adalah buku pelajaran hal ini, praktikan meminta siswa
bahasa Arab untuk MA yang ditulis oleh mengungkapkan perasaan, pendapat, dan
D. Hidayat. BT itu diterbitkan oleh PT masukannya terkait dengan kegiatan pembe-
Karya Toha Putra Semarang tahun 2004. lajaran yang baru saja berlangsung.
Pokok bahasan dalam BT mengacu pada
kurikulum. Isi dalam BT itu meliputi KD dan Indikator Pencapaian Hasil
keterampilan membaca, tata bahasa, KD yang dikembangkan oleh praktikan
berbicara, dan menulis terbimbing. Dalam dalam pembelajaran meliputi kemampuan
BT tersebut juga disertai latihan-latihan melakukan dialog, membaca keras teks bahasa
yang sebagian besar berbentuk pilihan Arab, dan memahami isinya serta kemampuan
ganda. Latihan-latihan yang dikembang- memahami kaidah bahasa Arab (pola
kan dalam BT itu kurang memenuhi bentukan kata atau pola kalimat) dan
validitas, terutama validitas isi. menggunakannya dalam kalimat sederhana.
Kekurangvalidan itu tampak pada latihan Indikator pencapaian hasil (IPH) yang
membaca. Sebagian besar soal-soal yang tercermin dalam pembelajaran hiwar meliputi
dikembangkan untuk keterampilan mem- (a) kemampuan siswa melisankan teks-teks
baca adalah soal untuk mengukur dialog, (b) kemampuan siswa memahami isi
kosakata dan menjodohkan kalimat yang dialog, (c) kemampuan siswa menghafal teks-
satu dengan yang lain. Soal-soal tersebut teks dialog, dan (d) kemampuan siswa
menyebar pada seluruh topik bacaan. memperagakan teks-teks dialog, baik tanpa
Sementara itu, soal untuk latihan teks (hafalan) maupun dengan menggunakan
pemahaman isi teks relatif sedikit. buku teks. Dengan demikian, performansi
Bahkan, soal-soal berbentuk esai yang dalam pembelajaran hiwar itu yang tergambar
terkait dengan pemahaman isi teks dalam IPH tersebut masih bersifat tekstual.
(bacaan) hanya terdapat pada satu topik Artinya, siswa dalam melakukan dialog masih
bacaan, yakni pada buku jilid I. Selain itu, dibatasi oleh hafalan tekstual.
teks-teks dialog yang dikembangkan IPH yang tercermin dalam pembelajaran
membaca (termasuk kosakata) adalah siswa
114 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007

mampu (a) membaca teks dengan intonasi kalimat dengan menggunakan bentuk kata
dan makhraj yang benar, (b) menangkap tertentu.
pesan dalam setiap paragraf (menentukan
ide pokok dalam paragraf) melalui Unsur-Unsur CTL
visualisasi gambar, (c) menghubungkan Dari sisi CTL, penelitian menunjukkan
isi pesan dalam teks yang dipelajari bahwa kadar konstekstualitas pembelajaran
dengan pesan yang terdapat dalam teks masih tergolong rendah. Unsur-unsur CTL
sebelumnya, (d) menentukan arti yang dikembangkan dalam pembelajaran
kosakata, (e) menggunakan kosakata bahasa Arab didominasi oleh unsur
dalam konteks kalimat, (f) menerjemah- pemodelan, bertanya, dan refleksi. Sementara
kan kalimat dalam teks, (g) menentukan itu, penerapakan unsur CTL secara simultan
tema dalam bacaan, (h) menceritakan (modelling, questioning, constructivism,
kembali isi teks, dan (i) meringkas secara learning community, reflection, dan authentic
lisan isi teks dengan bahasa Arab. assessment) hanya dikembangkan dalam
IPH yang dikembangkan dalam pembelajaran membaca.
pembelajaran menulis terbimbing adalah
(a) siswa mengenal konsep/definisi Media Pembelajaran
kaidah (pola bentukan kata dan pola
bentukan kalimat), (b) siswa mengenal Media pembelajaran yang digunakan oleh
ciri-ciri dari kaidah yang dipelajari praktikan dapat dikelompokkan menjadi
(kaidah bentukan kata dan bentukan media elektronik dan non elektronik. Media
kalimat), (c) siswa membedakan dua pola elektronik yang dimanfaatkan oleh praktikan
bentukan kata/pola kalimat, (d) siswa berupa tape recorder. Alat itu dimanfaatkan
membaca kalimat yang berpola tertentu, untuk memperdengarkan lagu-lagu berbahasa
(e) siswa identifikasi pola bentukan/ Arab hasil terjemahan dari bahasa Indonesia.
kalimat dalam teks, (f) siswa membuat Melalui lagu itu, kebosanan siswa dalam
kalimat dengan pola tertentu, dan (g) mengikuti pembelajaran yang konvensional
siswa menulis wacana yang diperdengar- menjadi hilang. Hal tersebut tampak pada
kan (dikte). respon siswa dalam mengikuti alur dan irama
Sementara itu, IPH yang lagu. Bahkan, dalam waktu yang relatif
dikembangkan dalam pembelajaran singkat, mereka dapat melagukan teks
tatabahasa (qawa id) adalah (a) siswa berbahasa Arab secara mandiri, tanpa bantuan
memahami konsep bentukan kata yang tape recorder. Memperdengarkan lagu
sedang dipelajari, (b) siswa memahami melalui tape recorder itu juga dimanfaatkan
proses perubahan kata yang terdapat oleh praktikan dalam pelaksanaan ujian
dalam bahasa Arab, (c) siswa dapat tertulis di kelas IPS. Tujuannya adalah siswa
membaca bentuk kata tertentu dengan tenang, tidak gaduh, dan tidak mencontek
memperhatikan vokal/harakat yang benar, dalam ujian. Lagu diperdengarkan secara lirih
(d) siswa memahami pengaruh perubahan tanpa harus mengganggu konsentrasi siswa.
kata terhadap makna kata, (e) siswa dapat Media non elektronik merupakan media
membedakan antara bentuk kata yang yang paling sering digunakan oleh praktikan
satu dengan yang lain, (f) siswa dapat dalam pembelajaran bahasa Arab di MA.
menentukan wazan (pola bentukan kata) Media non elektronik yang digunakan berupa
dalam bahasa Arab, (g) siswa dapat gambar berseri berwarna, kartu kata, kartu
mengidentifikasi bentuk kata tertentu kalimat, dan bagan pola bentukan kata.
dalam teks, dan (h) siswa dapat membuat Gambar berseri digunakan untuk mem-
visualisasikan cerita yang terdapat dalam teks
Ainin, Pembelajaran Bahasa Arab 115

(bacaan). Melalui gambar berseri, guru Penyusunan RP itu bukanlah suatu


bersama siswa mencoba memahami isi kegiatan yang hanya bersifat rutin dan suatu
teks tanpa harus menerjemahkan kata kebiasaan, melainkan suatu kegiatan yang
perkata maupun kalimat perkalimat, dinamis dan inovatif (tidak statis). Hal
melainkan mereka mencoba menangkap tersebut artinya bahwa proses penyusunan
pesan yang terdapat dalam teks. suatu rancangan itu secara kontinyu
Sementara itu, kartu kata digunakan mengalami pembaharuan dan perbaikan baik
oleh praktikan sebagai salah satu cara dari sisi substansi maupun dari sisi strategi.
untuk mengenalkan arti kata, penggunaan Hal itu senada dengan pendapat Dershimer
kata dalam kalimat. Kartu kalimat (1979), bahwa perencanaan (plans) disusun
digunakan untuk kegiatan hiwar (dialog). bukan untuk diubah total (to be broken),
Kartu itu berisikan pertanyaan yang melainkan direvisi (just revised).
ditempelkan di bawah gambar dan siswa Dalam rancangan yang disusun oleh
diminta merespon pertanyaan tersebut praktikan tersebut, ditemukenali komponen
melalui bantuan gambar. rancangan: (a) identitas matapelajaran, (b)
standar kompetensi, (c) KD, (d) indikator
Penilaian keberhasilan belajar, (e) kegiatan pembelajar-
Penilaian yang dilakukan oleh an, (f) alat dan sumber belajar, dan (g)
praktikan dalam pembelajaran bahasa penilaian. Komponen-komponen itu memang
Arab ditempuh dengan dua cara, yaitu merupakan komponen yang perlu dikem-
penilaian saat pembelajaran berlangsung bangkan dalam rancangan pembelajaran
(penilaian berbasis kelas) dan penilaian berbasis kompetensi. Komponen itu tidak jauh
hasil. Penilaian berbasis kelas tercermin berbeda dengan yang disarankan oleh Sanjaya
pada kegiatan praktikan memberikan (2006), bahwa komponen dalam silabus
tanda chek (v) pada lembar penilaian pembelajaran berbasis kompetensi meliputi
terhadap respon atau jawaban siswa atas KD, hasil belajar, indikator, langkah
stimulus praktikan dan lebih bersifat pembelajaran, alokasi waktu, sarana dan
kualitatif. Sementara itu, penilaian hasil sumber belajar, dan penilaian.
dilakukan secara tertulis per KD. Aspek Di antara komponen yang perlu dicermati
yang diteskan meliputi keterampilan di sini adalah rumusan standar kompetensi,
berbicara (hiwar), membaca, menulis KD, rumusan IPH, dan penilaian. Rumusan
terbimbing, dan qawa id. standar kompetensi dan KD tampak rancu.
Artinya, tidak ada perbedaan kompetensi yang
signifikan antara substansi rumusan dalam
PEMBAHASAN standar kompetensi dan KD, perbedaannya
hanya terletak pada ruang lingkup dan
Rancangan Pembelajaran
keluasan materi, bukan pada kompetensi.
Menyusun RP merupakan salah satu Apabila RP disusun untuk per aspek
tugas guru (calon guru) sebagai keterampilan, bukan per pelajaran, sebaiknya
pengambil keputusan (decision maker) KD yang dirumuskan dalam RP tersebut
dalam pembelajaran (Cooper, 1979). Pada adalah KD yang terkait dengan keterampilan
tahap perencanaan ini, tugas operasional yang dirancang dalam RP tersebut, bukan
guru meliputi: (a) menganalisis semua keterampilan dan unsur kebahasaan
kebutuhan siswa, (b) merumuskan tujuan dirumuskan dalam satu KD yang
yang sesuai, (c) menentukan model dan menggunakan sistem parsial.
strategi pembelajaran untuk mencapai Terkait dengan rumusan IPH dalam RP
tujuan, dan (d) merencanakan bahan ajar. dapat dikemukakan bahwa indikator-indikator
116 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007

yang dirumuskan dalam setiap Bahan Ajar/Buku Teks


keterampilan pada kurikulum memang Bahan ajar atau BT merupakan bagian
perlu ditelaah ulang dari sisi konstruk integral dari keutuhan eksistensi sistem
keterampilan sendiri. Sebagai contoh,
pendidikan. Eksistensi BT sebagai bagian
dalam keterampilan berbicara (hiwar), integral dalam sistem pendidikan dibuktikan
indikator keberhasilan yang dirumuskan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
adalah siswa melakukan tanya jawab Schiefelbein dan Ferrel di Chili bahwa buku
tentang bacaan dalam bahasa Arab dan ajar atau BT memunyai pengaruh yang
siswa mampu bercakap-cakap atau signifikan terhadap prestasi siswa di kalangan
melakukan tanya jawab yang berkaitan keluarga berstatus ekonomi rendah
dengan bahan qira ah . Indikator itu (Heyneman, 1981). Hasil penelitian yang
kurang mencerminkan kompetensi sama juga pernah dilakukan di Thailand dan
komunikatif sehingga sulit untuk diukur. Malaysia bahwa BT berpengaruh secara
Padahal rumusan dalam indikator itu
signifikan terhadap prestasi siswa
harus operasional, dapat diukur, dan (Rachmadie, 1990).
spesifik. Istilah melakukan tanya jawab Berkaitan dengan penggunaan BT itu
di samping kurang memenuhi ketiga
dapat dikemukakan bahwa pokok bahasan
kreteria tersebut juga kurang mencermin- dalam BT mengacu pada kurikulum.
kan kompetensi komunikatif yang Kesesuaian antara BT dengan kurikulum ini
dikuasai oleh siswa. Rumusan itu lebih
merupakan salah satu indikasi awal bahwa BT
menggambarkan kegiataan yang dilaku- tersebut merupakan BT yang laik untuk
kan oleh siswa (melakukan tanya jawab) digunakan dalam pembelajaran di sekolah. BT
daripada menggambarkan kompetensi
ini juga disertai dengan latihan-latihan sebagai
komunikatif yang harus dimiliki oleh sarana untuk pembelajaran mandiri dan
siswa. mematangkan penguasaan siswa.
Selain itu, ada rumusan dalam IPH
Dalam kajian terhadap BT ini, ada suatu
yang kurang mencerminkan konstruk/ temuan yang perlu dikritisi, yakni yang terkait
konsep kemampuan berbahasa dan dengan bentuk latihan yang dikembangkan
bersifat taksa. Sebagai contoh, rumusan
dalam BT. Hasil penelitian menunjukkan
tentang menjawab pertanyaan-pertanya- bahwa sebagian soal-soal yang dikembangkan
an latihan tentang pemahaman yang kurang memiliki validitas isi/konstruk. Untuk
berbentuk objektif mengenai kandungan
keterampilan membaca misalnya, soal-
bahan qira ah . Dari aspek konstruk/ soal/latihan yang dikembangkan lebih di-
konsep membaca, rumusan tersebut dominasi untuk mengukur kosakata dan
kurang merepresentasikan pemahaman
menjodohkan kalimat. Soal-soal itu menyebar
teks sebagai tujuan utama dalam pada seluruh topik bacaan. Sementara itu, soal
kemampuan membaca. Bahkan rumusan untuk latihan pemahaman isi teks relatif
tersebut di samping kurang spesifik,
sedikit. Bahkan, soal-soal berbentuk esai yang
operasional, dan terukur, juga terkait dengan pemahaman isi teks (bacaan)
membingungkan (taksa). Ungkapan yang hanya terdapat pada satu topik bacaan, yakni
membingungkan adalah pemahaman
pada buku jilid I. Tidaklah salah apabila soal
yang berbentuk objektif . Pertanyaannya, tentang kemampuan kosakata dimasukkan
apakah latihan-latihan untuk mengukur sebagai salah satu bentuk soal untuk
kemampuan membaca harus hanya memahami teks, tetapi tentunya harus
berbentuk objektif. Jawabannya tentu proporsional.
tidak demikian.
Ainin, Pembelajaran Bahasa Arab 117

Selain masalah dominasi latihan Untuk pembelajaran hiwar, hasil


kemampuan kosakata, ada satu bentuk penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
soal/latihan yang kurang relevan sebagai hiwar lebih bersifat mekanik-verbalistik
alat ukur kemampuan membaca. (hafalan) dan over tekstual. Di satu sisi,
Misalnya, soal tentang mengurutkan kata pembelajaran itu secara kuantitatif dapat
menjadi kalimat. Bentuk soal itu lebih menuntaskan materi dalam kurikulum. Akan
tepat untuk mengukur kemampuan tetapi, di sisi lain, pembelajaran yang
menulis terbimbing (insya muwajjah) mekanistik ini membuahkan hasil yang semu.
daripada untuk mengukur kemampuan Kompetensi hiwar yang dikuasai oleh siswa
membaca sekalipun kemampuan hanya bersifat temporer karena hanya untuk
mengurutkan kata menjadi kalimat ini memenuhi formalitas pembelajaran.
didasari pada kemampuan memahami Fenomena tersebut bertolak belakang
kosakata. dengan prinsip dasar pembelajaran berbasis
Soal-soal latihan lain yang perlu kompetensi dan kontekstual. Melalui sistem
dicermati di sini adalah soal-soal latihan pembelajaran yang mekanistik ini, kompetensi
yang terkait dengan qawa id (tata siswa untuk menggunakan bahasa Arab
bahasa). Kebanyakan soal yang di- sebagai alat komunikasi lisan sulit untuk
kembangkan lebih untuk pemahaman dicapai. Apalagi tema-tema komunikasi dalam
konsep daripada memproduksi kalimat BT kurang membumi di kalangan siswa.
melalui pola kalimat/kata tertentu, Selain masalah kompetensi komunikasi,
sehingga aplikasi penggunaan kaidah pemebelajaran yang mekanistik itu kurang
dalam memproduksi wacana benar-benar memberikan ruang bagi siswa untuk berkreasi.
tercermin. Dengan ungkapan lain, soal- Bukankah kreativitas siswa atau pembelajaran
soal latihan kaidah yang dikembangkan yang berorientasi pada proses (process
dalam BT tidak hanya terbatas pada oriented) merupakan kunci utama dalam
pemahaman kaidah atau penggunaan pembelajaran berbasis kompetensi (Sanjaya,
kaidah dalam bentuk pasif, melainkan 2006).
juga penggunaan kaidah dalam bentuk Pembelajaran hiwar yang mekanistik juga
aktif (produksi kalimat). Hal ini selaras cendrung kurang kontekstual. Pembelajaran
dengan yang disarankan dalam kurikulum kontekstual dicirikan oleh upaya pengaitan
tentang penggunaan kosakata dan struktur antara materi dengan konteks kehidupan
kalimat. sehari-hari (Johnson, 2005). Mekaniktisasi
pembelajaran hiwar dapat mengakibatkan
Langkah-Langkah Pembelajaran kelas kurang kondusif dan interaktif. Bahkan,
Langkah-langkah pembelajaran pembelajaran lebih bersifat doktriner, satu
secara umum dapat dikelompokkan arah, kaku, dan monoton. Beberapa faktor
menjadi tiga tahap. Tahap pendahuluan, yang menjadi penyebabnya adalah (a) jumlah
kegiatan inti, dan tahap penutup. Pada siswa cukup banyak, (b) materi hiwar BT
tahap pendahuluan, aktivitas pembelajar- (khususnya BT MA) kurang membumi
an lebih diwarnai oleh kegiatan apresepsi. (kurang kontekstual), (c) struktur kalimat
Pada tahap kegiatan inti, aktivitas materi hiwar di MA relatif panjang dan
pembelajaran terfokus pada pemahaman kompleks, sehingga sulit diinternalisasi oleh
materi, sedangkan aktivitas pada tahap siswa, (d) alokasi waktu untuk materi hiwar
penutup lebih diwarnai oleh kegiatan relatif pendek, (e) lingkungan arabi di kelas
refleksi. atau di sekolah kurang kondusif, dan (f)
kompetensi komunikasi lisan guru bahasa
Arab masih kurang maksimal.
118 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007

Dalam pembelajaran qira ah Dalam pembelajaran tata bahasa


(membaca), praktikan menggunakan (qawa id), praktikan menggunakan pendekat-
pendekatan Kulliyyah. Pendekatan itu an induktif dan deduktif. Melalui pendekatan
dimulai dengan pemahaman isi teks induktif itu, siswa kali pertama dihadapkan
secara global (kulliyyah) selanjutnya pada suatu pembelajaran yang lebih nyata,
secara berangsur-angsur pemahaman mudah, dan lebih bermakna. Kurikulum MA
unsur-unsur yang lebih kecil. Kebalikan untuk matapelajaran bahasa Arab juga
dari pendekatan ini adalah thariqah mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran
juz`iyyah atau bottom up. Pendekatan qawa id sedapat mungkin dihindari sajian
kulliyyah dalam pembelajaran membaca materi yang bersifat teoretis-analitis. Untuk
tersebut memang tampak lebih inovatif. itu, cukup relevan apabila pendekatan induktif
Selama ini, pembelajaran membaca di tersebut merupakan pendekatan yang layak
MA cenderung konservatif. Pembelajaran dikembangkan dalam pembelajaran bahasa
dimulai dengan penerjemahan per Arab di MA.
kosakata, per kalimat, per paragraf, dan Persoalan yang mengemuka adalah
pemahaman teks (pendekatan juz iyyah). bagaimana pembelajaran qawa id di MA
Pendekatan juz iyyah itu kurang dengan pendekatan deduktif. Pendekatan
melibatkan aktivitas siswa dalam berpikir deduktif dapat digunakan dalam batas-batas
(siswa cenderung pasif) dan membuat tertentu (sebagai variasi), bukan sebagai
siswa bermanja-manja dalam memahami pendekatan utama. Pembelajaran qawa id
teks. Sementara itu, pendekatan kulliyyah dengan pendekatan deduktif akan lebih
membuat siswa lebih kreatif dalam banyak menghabiskan waktu untuk
menemukan pesan utama dalam teks, pemahaman kaidah daripada penggunaan
tanpa harus terganggu oleh penemuan kaidah. Selain itu, mendahulukan pemahaman
makna kata perkata terlebih dahulu. konsep qawa id berarti mendahulukan
Penelusuran makna kosakata dapat pengenalan materi yang abstrak bagi siswa
dilacak setelah pemamaham pesan utama MA. Mendahulukan materi yang abstrak
diketemukan. dalam pembelajaran bertolak belakang dengan
Lebih bermakna lagi pendekatan prinsip pembelajaran yang dimulai dari yang
kulliyyah tersebut ditunjang oleh media konkret ke yang abstrak dan dari yang mudah
yang komunikatif dan atraktif dan ke yang sulit. Bahkan, pendekatan deduktif
penggunaan teknik bermain kuis yang dalam pembelajaran qawa id di MA ini juga
menyenangkan. Praktikan dalam kurang sinergi dengan prinsip-prinsip
pembelajaran qiraah telah memanfaatkan pembelajaran berbasis kompetensi dan
media gambar berseri dalam kontekstual (competence and CTL base).
pembelajaran qira ah. Media yang Pembelajaran qawa id di MA berbasis
digunakan tersebut benar-benar mem- konteks atau yang lazim disebut dengan
bantu siswa dalam memahami isi teks pembelajaran tata bahasa pedagogis perlu
secara efisien dan efektif dan mencipta- mendapatkan perhatian yang serius dari guru
kan kelas lebih kondusif. Apalagi, bahasa bahasa Arab di MA. Posisi qawa id dalam
pengantar yang digunakan oleh praktikan pembelajaran bahasa Arab di MA lebih
adalah bahasa Arab. Hal itu sebagaimana sebagai alat untuk menunjang kemampuan
yang dikemukakan oleh perwakilan siswa berbahasa. Menurut Krashen dan Terrel
pada saat dilakukan wawancara. Mereka (1983) dalam teori monitornya, posisi
merasa senang atas strategi pembelajaran tatabahasa sebagai produk pembelajaran
yang diterapkan oleh praktikan dan berfungsi untuk mengedit bahasa yang
mereka lebih cepat memahami isi teks. dihasilkan.
Ainin, Pembelajaran Bahasa Arab 119

Kompetensi Dasar dan Indikator penggunaan pola kalimat. Fenomena itu


Pencapaian Hasil tentunya kurang mencerminkan output yang
KD dan IPH dalam pembelajaran diharapkan dalam pembelajaran menulis
terbimbing di MA. Output dalam pembelajar-
hiwar di MA lebih bersifat formal dan
hanya sekadar untuk memenuhi tuntutan an menulis terbimbing adalah siswa mampu
adiministratif kuriukulm. Realita tersebut memproduksi kalimat sederhana sesuai
kurang senapas dengan hakikat bahasa dengan pola-pola tertentu, bukan memahami
sebagai alat komunikasi, terutama kaidah/struktur tertentu. Pemahaman struktur
komunikasi lisan. Fenomena itu tampak- memang penting sebagai alat untuk
nya menggejala pada guru-guru bahasa memproduksi kalimat (wacana), namun bukan
Arab di MA. Beberapa faktor yang terkait sebagai tujuan. Oleh karena itu, efisiensi
dengan permasalahan ini adalah (a) waktu dalam pembelajaran menulis ter-
materi hiwar dalam BT kurang bimbing perlu terfokus pada kemampuan
memproduksi kalimat sederhana, sedangkan
komunikatif, kontekstual, dan tingkat
kompleksitasnya tidak sesuai dengan pemahaman kaidah/struktur sekadar sebagai
tingkat kemampuan siswa MA, (b) pengenalan pola.
Dalam pembelajaran qawa id, dapat
penguasaan komunikasi lisan guru masih
terbatas, (c) kemampuan guru dalam dikemukakan bahwa KD dan IPH juga
mengelola kelas masih rendah, (d) alokasi merepresentasikan kemampuan siswa dalam
memahami kaidah dan penggunaannya dalam
waktu yang tersedia untuk pembelajaran
hiwar di MA sangat terbatas, (e) jumlah kalimat. Fenomena itu tidak jauh berbeda
siswa dalam satu kelas relatif besar dengan temuan tentang indikator dalam
pembelajaran membaca dan menulis ter-
sehingga kurang mendukung terciptanya
pembelajaran yang komunikatif, dan (f) bimbing. Artinya, secara kuantitaif, indikator
lingkungan arabi di MA kurang kondusif. yang dikembangkan di kelas lebih bervariasi
daripada yang dirumuskan di RP dan silabus
Dalam pembelajaran membaca
(termasuk kosakata), dapat dikemukakan dari Departemen Agama. Akan tetapi,
bahwa KD dan IPH yang dikembangkan persoalannya juga terletak pada inefisiensi
waktu dalam pembelajaran qawa id. Aloksi
telah mencerminkan dan merepresentasi-
kan konstruk kemampuan membaca. IPH waktu dalam pembelajaran qawa id lebih
yang muncul dalam pembelajaran lebih banyak digunakan untuk pemahaman kaidah
daripada penggunaan kaidah. Itu bukan berarti
bervariasi dari yang dikembangkan di RP.
Temuan tersebut memberikan pelajaran bahwa penggunaan kaidah tidak muncul,
bahwa kondisi objektif di lapangan melainkan alokasi waktunya kurang
fungsional dan proporsional. Padahal, dalam
selayaknya dijadikan pijakan dalam
penyusunan kurikulum, pengembangan kurikulum (silabus) dikemukakan, bahwa
silabus, dan penyusunan RP. pembelajaran qawa id lebih ditekankan pada
kemampuan menggunakan pola kalimat/pola
Secara kuantitatif, IPH yang
dikembangkan dalam pembelajaran bentukan kata dalam kalimat sederhana
menulis melebihi target daripada yang di- daripada pengenalan kaidah secara teoretis.
rumuskan di RP maupun yang dirumus-
Unsur-Unsur CTL
kan dalam silabus yang dikembang-kan
oleh Departemen Agama. Akan tetapi, Unsur-unsur CTL yang muncul dalam
dalam pelaksanannya, secara kualitatif, pembelajaran bahasa Arab di MA meliputi
praktikan lebih banyak menggunakan pemodelan (modelling), bertanya (question-
pemahaman kaidah/struktur daripada ing), konstruktivisme (constructivism) masya-
120 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007

rakat-belajar (learning community), Kekurangkondusifan dalam meng-


refleksi (reflection) dan penilaian otentik implementasikan unsur-unsur CTL secara
atau penilaian berbasis kelas. Akan tetapi, simultan ini disebabkan oleh faktor internal
keenam komponen tersebut hanya muncul dan eksternal. Dari faktor internal, dapat
pada pembelajaran membaca. Dalam dikemukakan bahwa kemampuan berbahasa
pembelajaran membaca itu, praktikan Arab praktikan dan kreatifitasnya dalam
melalui media gambar berseri mencoba mengelola kelas merupakan penyebab
memunculkan keenam unsur CTL inkontekstualisasi pembelajaran. Sementara
tersebut sebagai strategi dalam me- itu, faktor eksternal yang menyebabkan
mahamkan materi kepada siswa. inkonteks-tualisasi pembelajaran adalah (a)
Sementara itu, untuk pembelajaran jumlah siswa besar (sekitar 40 siswa), (b)
lainnya (menulis terbimbing, tatabahasa, lingkungan Arabi di MA kurang kondusif, (c)
dan hiwar), komponen pemodelan, alokasi waktu, khususnya untuk materi hiwar
bertanya, dan refleksi tingkat intensitas dan menulis sangat terbatas (45 menit), (d)
penggunaannya selalu muncul. materi dalam BT sendiri (topik bacaan, hiwar,
Dari sisi kualitas, unsur-unsur CTL tatabahasa, menulis terbimbing) kurang terkait
yang muncul lebih tampak sebagai dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga
pemenuhan kebutuhan formalitas. praktikan merasa kesulitan mengkon-
Kelompok belajar yang diciptakan kurang testualkan materi, dan (e) indikator yang
berfungsi secara optimal. Kelas belajar dituntut oleh kurikulum (silabus) terkungkung
kurang mencerminkan sharing ide oleh topik bacaan, sehingga praktikan dan
antarteman maupun antarkelompok siswa kurang dapat mengembangkan materi
(kecuali pada pembelajaran membaca). tersebut ke dalam kehidupan nyata.
Selain itu, pola interaksi dalam
pembelajaran cenderung bersifat satu arah Penggunaan Media
dan pelaksanaan penilaian berbasis kelas Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa
juga kurang maksimal. media yang digunakan oleh praktikan dalam
Temuan tersebur menunjukkan pembelajaran bahasa Arab di MA dapat
bahwa kadar kontekstualitas dalam dikelompokkan menjadi media elektronik dan
pembelajaran bahasa Arab di MA oleh non-elektronik. Media elektronik berupa
praktikan masih pelu dimaksimalkan. pemanfaatan tape recorder sedangkan media
Idealnya keenam unsur CTL tersebut non-elektronik berupa media gambar berseri,
secara simultan diimplementasikan dalam kartu kata, kartu kalimat, dan bagan pola
pembelajaran bahasa Arab di MA. bentukan kata.
Temuan itu juga memberikan gambaran, Keberadaan media yang digunakan oleh
bahwa strategi pembelajaran yang praktikan tersebut secara nyata dapat
digunakan masih cenderung konven- menciptakan kelas lebih kondusif. Siswa lebih
sional, karena kegiatan ceramah, mudah memahami dan mengingat materi
bertanya, refleksi, dan pemodelan bukan pelajaran, dapat meningkatkan motivasi
merupakan hal baru dalam pembelajaran. belajar siswa, dan mengurangi kepenatan
Efek dari model pembelajaran seperti ini siswa dalam belajar. Pernyataan itu didasarkan
dalam pandangan Brain adalah bahwa hasil wawancara dengan beberapa siswa.
pembelajaran kurang bermakna bagi Mereka menyatakan bahwa strategi
siswa, karena mereka kurang terstimulus pembelajaran yang diterapkan oleh praktikan
untuk menghubungkan informasi baru (termasuk penggunaan media) menarik, tidak
dengan pengetahuan dan pengalaman membosankan, dan mereka lebih cepat
(Johnson, 2005).
Ainin, Pembelajaran Bahasa Arab 121

memahami materi pelajaran. Pernyataan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


itu tidaklah berlebihan karena selama ini produk CD interaktif yang dikembangkan
guru bahasa Arab di sekolah tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kurang memanfaatkan media secara terhadap materi ikatan kimia.
maksimal. Apalagi, media yang diguna-
kan oleh praktikan cukup atraktif dan Penilaian
komunikatif. Sebagaimana telah dikemukakan,
Terkait dengan urgensi media sebagai penilaian dilakukan melalui dua cara, yaitu
alat untuk meningkatkan kualitas penilaian selama kegiatan pembelajaran
pembelajaran, Shini dan Abdullah (tanpa berlangsung (penilaian berbasis kelas) dan
tahun) menegaskan bahwa keberadaan penilaian hasil per KD. Dilihat dari sisi
media cukup fungsional sebagai alat administrasi, temuan itu menunjukkan bahwa
bantu dalam pembelajaran. Ditegaskan praktikan dalam proses belajar-mengajar
oleh mereka bahwa fungsi media adalah sudah memperhatikan prinsip KBK dan CTL
(a) meningkatkan perhatian siswa yang salah satu di antaranya adalah penilaian
terhadap pembelajaran, (b) pengalaman berbasis kelas. Penilaian tidak hanya
siswa yang diperoleh dari pembelajaran didasarkan hasil tes tulis per KD, tetapi juga
menjadi lebih langgeng , (c) berkem- didasarkan pada aktivitas nyata siswa di kelas.
bangnya pengalaman nyata siswa Fenomena tersebut sesuai dengan konsep
berpengaruh terhadap peningkatan belajar dasar penilaian berbasis kelas, yakni suatu
mandiri mereka, (d) membantu siswa upaya untuk mengetahui keberhasilan atau
untuk berpikir secara konstruktif dan kemampuan siswa dengan cara merekam
berkelanjutan, khususnya apabila media/ semua aktivitas belajar siswa baik di kelas
gambar yang digunakan itu termasuk maupun di luar kelas (Suyanto, 2003). Melalui
gambar bergerak, (e) meningkatkan sistem penilaian, kemampuan siswa dalam
kemampuan berbahsa siswa, dan (f) segala ranah atau domainnya dapat
mengembangkan berbagai pengalaman dideskripsikan secara komprehensif.
siswa. Permasalahannya, sejauh mana tingkat
Penelitian yang terkait dengan kualitas pelaksanaan penilaian itu. Sudahkah
signfikansi media sebagai alat untuk instrumen atau piranti yang digunakan sebagai
meningkatkan kualitas pembelajaran alat ukur benar-benar memiliki persyaratan
pernah dilakukan oleh berbagai pihak. sebagai tes yang baik. Berdasarkan
Wulandari, dkk. (2006) pernah meneliti pengamatan di kelas dan hasil analisis
pengaruh peggunaan media flash card terhadap butir-butir soal, dapat dikemukakan
klasifikasi dengan sistem pemakaian bahwa secara kualitatif penilaian yang
bridge terhadap hasil belajar sistem dilakukan oleh praktikan dalam pembelajaran
klasifikasi makhluk hidup di SMA. Hasil bahasa Arab di MA masih belum optimal.
penelitian menunjukkan bahwa Penilaian dalam proses pembelajaran belum
peggunaan media flash card berpengaruh dapat menjangkau ke seluruh siswa dan
terhadap hasil belajar siswa (nilai t-hitung penilaian lebih bersifat korektif dari praktikan.
(3,63) > nilai t tabel (1,991). Secara Piranti penilaian berbasis kelas yang
kualitatif, hasil penelitian ini juga digunakan terbatas tugas rumah. Penilaian
menunjukkan bahwa siswa dan guru oleh antarteman sejawat dan oleh siswa
memberi respon positif terhadap sendiri (self assessment) kurang tercermin
penggunaan media flash card klasifikasi. dalam pembelajaran. Memang, kadang,
Penelitian yang serupa juga pernah pembelajaran dilakukan oleh team (team
dilakukan oleh Fitriyah, dkk. (2006).
122 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007

teaching), tetapi pelaksanaan penilaian sebagian besar tes kemampuan membaca tidak
tampak lebih pada pemenuhan per- disertai teks (hanya satu instrumen yang
syaratan administratif. menyertakan teks). Hal itu berarti, substansi
Kekurangoptimalan penilaian ber- yang diteskan lebih pada pengetahuan teste
basis kelas ini disebabkan oleh beberapa daripada pemahaman teste terhadap suatu teks
faktor. Pertama, disebabkan oleh posisi (bacaan). Dengan demikian, apabila teste
pengajar sebagai praktikan yang dengan tidak mampu menjawab pertanyaan bukan
sendirinya kurang memiliki otoritas berarti disebabkan oleh ketidakmampuan
penuh dalam mengembangkan pem- mereka memahami isi teks, melainkan karena
belajaran bahasa Arab di lokasi tempat mereka tidak memiliki pengetahuan untuk
praktik. Faktor kedua, terkait dengan menjawab pertanyaan, sekalipun pertanyaan
kelemahan penilaian berbasis kelas yang yang diteskan diambil dari teks yang pernah
memerlukan waktu yang relatif lama. dibaca/dipelajari (seen texs).
Sementara itu, alokasi waktu untuk
pembelajaran bahasa Arab di MA relatif SIMPULAN
terbatas. Apalagi, jumlah siswa dalam
satu kelas cukup besar. Hal itu artinya Berdasarkan hasil temuan dan pem-
penilaian berbasis kelas akan tampak bahasan, dapat dikemukakan simpulan sebagai
lebih efektif apabila dilaksanakan dalam berikut. Dari aspek RP, hasil penelitian
kelas yang jumlah siswanya relatif kecil, menunjukkan bahwa RP yang disusun oleh
alokasi waktu yang tersedia relatif mahasiswa PPL (praktikan) merupakan given
memadai serta beban matapelajaran bagi dari guru pamong, baik dari sisi substansinya
siswa yang tidak overload. maupun strukturnya. RP disusun untuk per
Aspek lain yang perlu dikritisi terkait aspek keterampilan berbahasa, bukan per unit
dengan penilaian adalah validitas tes yang pelajaran. Terdapat kerancuan antara rumusan
disusun oleh praktikan. Tes yang disusun dalam standar kompetensi dan rumusan dalam
oleh praktikan kurang mencerminkan KD. BT yang digunakan oleh praktikan dalam
validitas, baik validitas isi/konstruk pembelajaran bahasa Arab di MA adalah buku
(content and construc validity) maupun pelajaran bahasa Arab untuk MA yang ditulis
validitas tampak luar (face validity). Hal oleh D. Hidayat. BT itu diterbitkan oleh PT
itu dapat dicermati pada tes hiwar. Tes Karya Toha Putra Semarang tahun 2004.
hiwar dilaksanakan dalam bentuk tulis. Pokok bahasan dalam BT mengacu pada
Pada tes ini, teste diminta menjodohkan kurikulum. Latihan-latihan yang dikembang-
kalimat yang satu dengan yang lain, kan dalam BT itu kurang memenuhi validitas,
menjawab pertanyaan yang terkait dengan terutama validitas isi. Kekurangvalidan itu
teks bacaan melalui bantuan gambar dan tampak pada latihan membaca. Selain itu,
tanpa bantuan gambar. teks-teks dialog yang dikembangkan terlalu
Ketidakvalidan juga terjadi pada tes panjang dan secara strukutral juga terlalu
kemampuan membaca. Butir-butir soal kompleks bagi siswa SMA.
yang dikembangkan oleh praktikan dalam Langkah-langkah pembelajaran oleh
tes membaca ini lebih didominasi oleh tes praktikan dapat dikelompokkan menjadi tiga
penguasaan kosakata. Butir-butir tes yang tahap, yaitu tahap pembukaan, kegiatan inti,
menggambarkan pemahaman isi teks dan penutup. KD dan IPH yang dikembang-
hanya tercermin pada bentuk soal salah- kan oleh praktikan dalam pembelajaran lebih
benar (S-B) dan itu hanya terdapat pada bervariasi daripada yang dikembangkan dalam
satu instrumen dari lima instrumen yang RP maupun silabus. Kadar konstekstualitas
dikembangkan oleh praktikan. Selain itu, pembelajaran masih tergolong rendah, kecuali
Ainin, Pembelajaran Bahasa Arab 123

pada pembelajaran membaca. Media yang menulis terbimbing dan tatabahasa), praktikan
digunakan oleh praktikan dalam disarankan untuk tidak terpaku pada contoh
pembelajaran bahasa Arab di MA dapat yang dikembangkan dalam silabus dan BT
dikelompokkan menjadi media elektronik (yang tampak kurang kontekstual), melainkan
dan non elektronik. Penilaian yang mengembangkan materi sesuai dengan
dilakukan oleh praktikan dalam pem- konteks kehidupan nyata siswa, sehingga
belajaran bahasa Arab ditempuh dengan siswa memperoleh makna dari pembelajaran
dua cara, yaitu penilaian saat pem- bahasa Arab.
belajaran berlangsung (pembelajaran Kelima, Mengingat soal-soal yang disusun
berbasis kelas) dan penilaian hasil per oleh praktikan kurang mencerminkan validitas
KD. isi, kosntruk, dan face validity, praktikan
dalam menyusun soal hendaklah berkonsultasi
SARAN dengan dosen pembimbing agar diperoleh
suatu masukan tentang penyusunan tes yang
Berdasarkan hasil penelitian se- baik (valid). Keenam, MA (Kepala Sekolah)
bagaimana telah diuraikan, saran yang sebagai suatu lembaga pendidikan keagamaan
dapat dikemukakan sebagai berikut. Islam sudah selayaknya mengoptimalkan
Pertama, dalam perumusan indikator pengembangan pembelajaran bahasa Arab di
keberhasilan belajar, guru/praktikan sekolah, mengingat keberadaan bahasa Arab
bahasa Arab di MA disarankan di sekolah tersebut cukup signifikan
mengembangkan lebih luas dan bervariasi keterkaitannya dengan pengembangan pe-
dari IPH yang dikembangkan dalam mahaman, penghayatan, dan pengalaman
kurikulum. Selain itu, dalam perumusan nilai-nilai keislaman. Hal-hal yang diupaya-
IPH, guru disarankan merumuskannya kan misalnya pengadaan dan pengembangan
secara lebih operasional, spesifik, terukur, media pembelajaran bahasa Arab, baik media
serta mencerminkan kompetensi komuni- elektronika maupun non elektronika, pe-
katif. Kedua, penyusun BT bahasa Arab manfaatan laboratorium bahasa untuk
disarankan memperhatikan validitas (isi, pembelajaran bahasa Arab sehingga siswa
konstruk, maupun face validity) dalam termotivasi untuk belajar bahasa Arab dan
menyusun soal-soal latihan, khususnya bahasa Arab tidak dipandang oleh siswa
soal latihan membaca. Teks-teks dialog dengan sebelah mata.
yang dikembangkan dalam BT perlu Ketujuh, Departemen Agama sebagai
disederhanakan (simplifi-cation) sesuai suatu institusi keagamaan secara moral-
dengan kemampuan siswa. institusional yang bertanggung jawab untuk
Ketiga, dalam pembelajaran menulis mengembangkan pembelajaran bahasa Arab di
terbimbing dan tata bahasa, disarankan MA disarankan memberikan jam pelajaran
guru/pratikan memanfaatkan waktu bahasa Arab yang memadai sebagaimana jam
secara efisien dan proporsional untuk pelajaran untuk matapelajaran Matematika,
kegiatan latihan penggunaan kaidah IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
daripada pemahaman sehingga kom- Sungguh naif apabila keberadaan bahasa Arab
petensi utama dalam pembelajaran bahasa di MA kurang mendapatkan respon yang
Arab (menulis terbimbing dan tatabahsa) proporsional dan fungsional. Selain mem-
dapat tercapai. Keempat, mengingat kadar perhatikan jam pelajaran, Departemen Agama
kontekstualitas dalam pembelajaran disarankan mere-konstruksi kurikulum bahasa
bahasa Arab (kecuali pembelajaran Arab, terutama yang terkait dengan topik-
membaca), masih tergolong rendah, maka topik bacaan yang kurang kontekstual bagi
dalam pembelajaran bahasa Arab (hiwar, kehidupan nyata siswa di MA dan contoh
124 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007

rumusan indikator keberhasilan yang Blanchard, Alan. 2005. Contextual Teaching


kurang operasional, terukur, spesifik, dan and Learning. http//www.horizon shelpr.
kurang mencerminkan kompetensi org/contextual/hlm/diakses 15 Desember
komunikatif. 2005.
Kedelapan, PSPBA FS UM sebagai Cooper, James M. 1979. The Teacher as
suatu institusi yang menghasilkan tenaga Decision Maker. dalam James M Cooper
kependidikan bahasa Arab profesional (Ed.), Classroom Teaching Skills: A
disarankan meningkatkan kualitas Handbook. Massachusetts: D.C Heath and
perkuliahaan yang tidak hanya berbasis Company.
teori, melainkan juga berbasis aplikasi Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S.
serta memperkenalkan CTL dan 1994. Handbook of Qualitative Research.
aplikasinya kepada mahasiswa melalui London: Sage Publications.
matakuliah terkait, misalnya matakuliah Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum,
Microteaching, pengembangan kurikulum Balitbang.
dan BT, serta melalui PPL I di kampus. Dershimer, Greta Morine. 1979. Instructional
Bahkan, PSPBA perlu mengupayakan Planning. Dalam James M Cooper (Ed.),
latihan pembelajaran pada saat Classroom Teaching Skills: A Handbook.
perkuliahan Microteaching dan PPL I Massachusetts: D.C Heath and Company.
yang real teaching, sekalipun hanya Fitriyah, Siti Ni matul, dkk. 2006. Keefektifan
sekali latihan, sehingga latihan mengajar Media Komputer sebagai Sarana
yang dilakukan oleh mahasiswa calon Pembelajaran Ikatan Kimia Pada Siswa
praktikan tidak lagi berada dalam dunia SMA Kelas I. Laporan penelitian
maya, tetapi berada dalam dunia nyata. disampaikan dalam PIMNAS XIX pada
Hal tersebut dapat diupayakan oleh tanggal 26-29 Juli di Universitas
PSPBA melalui menjalin kemitraan kerja Muhammadiyah Malang.
sama dengan stakeholders (sekolah/ Heyneman, S.P. 1981. Texbooks and
madrasah). Achievement in Developing Countries.
Kesembilan, Mengingat penelitian ini What We Know. Jornal of Curriculum
bersifat deskriptif-evaluatif, perlu Studies.
dilakukan penelitian lanjutan berupa http//www.ateec.org/curric/ctlinfo.cfm.
penelitian pengembangan pembelajaran Teaching for Contextual Learning. Diakses
bahasa Arab berbasis kompetensi dan 15 Desember 2005.
CTL. Melalui penelitian pengembangan Johnson, Elaine. 2005. Contextual Teaching
ini, kualitas pembelajaran bahasa Arab and Learning: What it is and Why It s Here
(kualitas proses maupun hasil) diharapkan to Stay.
semakin meningkat. http//www.horizonshelpr.org/contextual/hl
m/ diakses tanggal 15 Desember. 2005.
DAFTAR RUJUKAN Krashen, Stephen D dan Terrel, Tracy D.
1983. The Natural Approach: Language
Amidjaja, Dedi Tisna. 1981. Pola Acquisition in the Classroom. New York:
Pembaharuan Pendidikan di Indonesia Pergamon Press.
dan Pedoman Pelaksanaannya. Lincoln, Yvonna S. dan Guba, Egon G. 1985.
Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Naturalistic Inquiry. London: Sage
Departemen Pendidikan dan Publication.
Kebudayaan. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis
Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Ainin, Pembelajaran Bahasa Arab 125

Implemen-tasi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
Rachmadie, Sabrony. 1990. Pemilihan
Buku Teks sebagai Materi Perkuliahan
untuk Jurusan Bahasa Asing. Warta
Scientia. Edisi Khusus Nopember
1990.
Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran
dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Kencana.
Suyanto, Kasihani. 2003. Authentic
Assessment dalam Pembelajaran
Bahasa. Malang: Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang.
Universitas Negeri Malang. 2004.
Pedoman Pendidikan. Malang:
Universitas Negeri Malang
Krashen, Stephen D dan Terrel, Tracy D.
1983. The Natural Approache:
Language Acquisition in the
Classroom. New York: Pergamon
Press.
Van Lier, L. 1988. The Classroom and
The Language Learner. London:
Longman.
Wulandari, dkk. 2006. Flash Card
Klasifikasi dengan Sistem Permainan
Bridge untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Sistem Klasifikasi Makhluk
Hidup pada Siswa SMA. Laporan
penelitian disampaikan dalam
PIMNAS XIX pada tanggal 26-29 Juli
di Universitas Muhammadiyah
Malang.

You might also like