Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333522046

KONSEP EKOLOGIS PADA PERMUKIMAN SUKU LAWALU DI KAMANASA


KABUPATEN MALAKA, NUSA TENGGARA TIMUR

Article  in  Jurnal Arsitektur KOMPOSISI · May 2019


DOI: 10.24002/jars.v12i3.2187

CITATION READS

1 631

4 authors, including:

Kristiana Bebhe Reginaldo Christophori Lake


Universitas Katolik Widya Mandira Universitas Katolik Widya Mandira
2 PUBLICATIONS   1 CITATION    23 PUBLICATIONS   28 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Konsep Desain Hunian Tropis View project

Virtual Reality View project

All content following this page was uploaded by Kristiana Bebhe on 30 July 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KONSEP EKOLOGIS PADA PERMUKIMAN SUKU LAWALU DI KAMANASA
KABUPATEN MALAKA, NUSA TENGGARA TIMUR

Kristiana Bebhe, Richardus Daton, Reginaldo Christophori Lake, Apridus Lapenangga


Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandira
Jl. San Juan, Penfui Timur, Kupang - NTT
Email: [email protected]; [email protected]

Abstract: Kamanasa Village in Malaka Regency is a vernacular village inherited based on the
knowledge and local wisdom of the Lawalu tribe. Kamanasa people obey traditions and
customs for obedience to tribal ancestors. The concept of obedience arises in settling cultures,
in village spatial planning and residential and material use. The architectural concepts that
exist in the village of Kamanasa have ecological characteristics in the form, structure and use
of materials, also in the behavior of the Kamanasa people. This study focuses on identifying
the economic concepts of Kamanasa vernacular architecture and how the sustainability of
ecological concepts is maintained. Field observations and literature studies of ecological
design principles were used in this study. The results of the study showed that the vernacular
village of Kamanasa applied an ecological concept of architecture in accordance with the
principles of ecological design that were inherited through the tradition of building houses,
linkages with the environment, and social relations in mutual cooperation. The Kamanasa
vernacular village is still supported by aspects of traditional beliefs and norms, so the
ecological concept of the Kamanasa vernacular architecture deserves to be an ecological
concept of cultural architecture.

Keywords: Ecological, Vernacular Architecture, Kamanasa Village

Abstrak: Desa Kamanasa di Kabupaten Malaka merupakan desa vernakular yang diwarisi
berdasarkan pengetahuan dan kearifan lokal suku Lawalu. Orang Kamanasa taat tradisi dan
adat istiadat demi ketaatan terhadap leluhur suku. Konsep ketaatan muncul pada budaya
bermukim, pada tata keruangan desa dan rumah tinggal maupun penggunaan material.
Konsep berarsitektur yang ada pada desa Kamanasa memiliki ciri-ciri ekologis pada tata
bentuk, struktur dan penggunaan material, juga pada perilaku orang Kamanasa. Kajian ini
berfokus pada identifikasi konsep eklogis arsitektur vernakular Kamanasa dan bagaimana
keberlanjutan konsep ekologis dipertahankan. Observasi lapangan dan kajian pustaka
prinsip-prinsip desain yang ekologis digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian
menunjukkan, desa vernakular Kamanasa menerapkan konsep ekologis arsitektur sesuai
dengan prinsip-prinsip desain ekologis yang diwariskan melalui tradisi membangun rumah,
keterkaitan dengan lingkungan, dan hubungan sosial bergotong royong. Desa vernakular
Kamanasa masih didukung oleh aspek kepercayaan dan norma-norma adat, sehingga konsep
ekologis arsitektur vernakular Kamanasa layak dijadikan konsep arsitektur kiwari yang
ekologis.

Kata kunci: Ekologis, Arsitektur Vernakular, Desa Kamanasa

PENDAHULUAN salah satu obyek yang dibangun dengan tanpa


merusak alam, sehingga disebut sebagai
Desa Kamanasa dibentuk dari generasi arsitektur yang ekologis. Arsitektur vernakular
pertama penghuni desa dan dikembangkan lebih hadir mendemonstrasikan cara hidup
lanjut oleh generasi keturunan suku Lawalu. Pola berkelanjutan melalui optimalisasi sumber daya
keberlanjutan wujud desa Kamanasa merupakan alam lokal yang mengikuti kaidah-kaidah yang
wujud desa vernakular. Pembentukan tata sangat menghormati lingkungan.
keruangan desa Kamanasa selalu berpedoman
pada ritual adat yang mengacu pada tanda-tanda Pendekatan rancangan bangunan yang
alam maupun penggunaan material bangunan ekologis adalah pendekatan rancangan yang
yang diambil dari ketersediaan alam. Melihat memahami dan selaras dengan perilaku alam
fenomena perilaku dari orang Kamanasa tersebut (Frick, Arsitektur Ekologi, 2006). Hal ini
menunjukkan ciri-ciri konsep ekologis dalam diharapkan dapat memberi kontribusi yang
arsitektur. Arsitektur vernakular, hadir sebagai berarti bagi perlindungan alam dan sumber daya
Kristiana Bebhe, dkk: Konsep Ekologis Pada Permukiman Suku Lawalu di Kamanasa Kabupaten Malaka,
Nusa Tenggara Timur

di dalamnya sehingga mampu membantu potensi atau sumberdaya alam dan penggunaan
mengurangi dampak pemanasan global. Eko- teknologi berdasarkan manajemen etis yang
arsitektur adalah dimensi ekologis dalam ramah lingkungan (Titisari, 2012). Pola
arsitektur yang penuh perhatian kepada perencanaan dan perancangan arsitektur ekologis
lingkungan alam dan sumber daya alam yang (eko-arsitektur) adalah sebagai berikut (Frick,
terbatas (Frick, Dasar-dasar Eko-Arsitektur, Dasar-dasar Eko-Arsitektur, 1998):
1998). 1. Elemen-elemen arsitektur mampu seoptimal
mungkin memberikan perlindungan
Penelitian kaitan konsep atau filosofi pada terhadap sinar panas, angina dan hujan;
rumah berciri identitas budaya suku pernah 2. Intensitas energy yang terkandung dalam
dilakukan beberapa kali. Penelitian rumah material yang digunakan saat pembangunan
beridentitas budaya Bali dilakukan oleh harus seminimal mungkin, dengan cara-
(Dwijendra, 2003); suku Jawa oleh (Kartono, cara:
2005) dan (Djono, Utomo, & Subiyantoro, 2012); a. Perhatian pada iklim setempat;
sedangkan dikalangan suku Dayak dilakukan b. Substitusi, minimalisasi dan optimasi
oleh (Aqli, 2015). Penelitian ini meneliti tentang sumber energy yang tidak dapat
konsep dan filosofi yang mendasari rancangan diperbaharui;
permukiman di kalangan suku Lawalu, Nusa c. Penggunaan bahan bangunan yang
Tenggara Timur. Dengan demikian, tulisan ini dapat dibudidayakan dan menghemat
menyumbangkan kebaruan pada penelitian energi;
permukiman tradisional di Indonesia, khususnya d. Pembentukan siklus yang utuh antara
di Nusa Tenggara Timur. penyediaan dan pembuangan bahan
bangunan energy, atau limbah dihindari
Fenomena arsitektur desa Kamanasa sejauh mungkin;
menarik dicermati, terutama adanya ciri-ciri e. Penggunaan teknologi tepat guna yang
ekologis arsitektur. Tujuan tulisan ini adalah manusiawi.
mengupas fenomena ekologis arsitektur di desa
Kamanasa sebagai inspirasi melahirkan konsep Pendekatan ekologi dalam arsitektur
arsitektur kiwari berwawasan ekologis. didefinisikan dengan ecological design is
Identifikasi konsep ekologis desa Kamanasa bioclimatic design, design with the climate of the
diharapkan memberi gambaran sekaligus arahan locality, and low energy design (Yeang, 2006).
pelestarian arsitektur vernakular di Kabupaten Dengan demikian terdapat integrasi antara
Malaka maupun daerah lain di Indonesia. kondisi ekologi local, iklim mikro dan makro,
Rumusan permasalahan penelitian adalah kondisi tapak, program bangunan atau kawasan,
Bagaimana konsep ekologis arsitektur yang konsep, dan system yang tanggap terhadap iklim,
terjadi pada desa Kamanasa? Bagaimana konsep serta penggunaan energy yang rendah.
ekologis arsitektur desa Kamanasa dapat Eko-arsitektur mencakup keselarasan antara
diterapkan pada perancangan arsitektur kiwari? manusia dan alam. Eko-arsitektur mengandung
METODE juga dimensi waktu, alam, sosio kultural ruang
dan teknik bangunan. Eko-arsitektur bersifat
Metodologi yang digunakan adalah kajian kompleks, mengandung bagian-bagian arsitektur
pustaka tentang prinsip-prinsip ekologis biologis (kemanusiaan dan kesehatan), serta
arsitektur dijadikan grand theory untuk membaca biologi pembangunan. Oleh sebab itu eko-
tanda-tanda fisik yang ada di desa Kamanasa. arsitektur bersifat holistic dan mengandung
Hasil dari proses penelitian lapangan berbasis semua bidang (Frick, Dasar-dasar Eko-
penelurusan fisik dilengkapi dengan data verbal Arsitektur, 1998).
yang digambar ulang secara 2 dimensi maupun 3 Cowan dan Ryn mengemukakan prinsip-
dimensi, sehingga dijabarkan secara menyeluruh prinsip desain yang ekologis sebagai berikut
pada aspek fungsi, bentuk, material dan makna (Cowan, 1996):
objek arsitektur desa Kamanasa.
a. Solution Grows from Place, yakni solusi atas
Bahan dan Metode seluruh permasalahan desain harus berasal
Konsep Ekologis dalam Arsitektur dari lingkungan di mana arsitektur itu akan
Konsep ekologis merupakan konsep dibangun. Prinsinya adalah memanfaatkan
penataan lingkungan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya lingkungan untuk

176
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 3, April 2019 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X

mengatasi setiap persoalan desain. b. Ruang: volume yang terlingkup;


Pemahaman atas masyarakat lokal, terutama
c. Fungsi: sistem akomodasi bagi tuntutan
aspek sosial-budayanya juga memberikan
progam yang mengacu pada
andil dalam pengambilan keputusan desain.
kebutuhan/persyaratan pengguna bangunan;
Prinsip ini menekankan pentingnya
pemahaman terhadap alam dan masyarakat d. Teknik: sistem struktur, kekuatan pelingkup,
lokal. Dengan memahami hal tersebut maka sebagai tanggapan terhadap tuntutan
mendesain lingkungan binaan tanpa kenyamanan, proteksi lingkungan, kesehatan
menimbulkan kerusakan alam; dan daya tahan;
b. Ecological Acounting Informs Design, yakni e. Konteks: situs (tempat) dan lingkungan,
perhitungan-perhitungan ekologis yang faktor alam dan faktor budaya.
memperkecil dampat negatif terhadap Jika merujuk pada teori dasar arsitektur,
lingungan. Keputusan desain yang diambil maka unsur utama arsitektur selalu dikaitkan
harus sekecil mungkin memberikan dampak dengan aspek fungsi, estetika, dan struktur.
negative terhadap lingkungan; Ditinjau dari prinsip-prinsip desain ekologis,
c. Design with Nature, menyadari bahwa maka beberapa indicator penting bagi konsep
arsitektur merupakan bagian dari alam. ekologis meliputi unsur-unsur (Titisari, 2012):
Prinsip ini menekankan pada pemahaman a. Aspek struktur dan konstruksi
mengenai living process di lingkungan yang
hendak diubah atau dibangun; b. Aspek bahan bangunan;
d. Everyone is a Designer, melibatkan setiap c. Aspek sumber-sumber energi dan
pihak yang terlibat dalam proses desain. pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari
Tidak ada yang bertindak sebagai user atau d. Aspek manajemen limbah (utilitas);
participant saja atau designer.
e. Aspek ruang, meliputi zonasi, tata ruang, dan
Pemahaman prinsip desain ekologis di atas fungsinya.
perlu dicermati dengan memahami kenyataan
bahwa arsitektur vernakular merupakan arsitektur Kasus Studi
yang hidup dalam kebersamaan dengan Desa vernakular Kamanasa berada tepat
lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. pada kabupaten Malaka, dengan jarak kurang
Untuk itu, pada pelaksanaanya desa vernakular lebih 66,5 km dari kota Betun (Statistik, 2017).
(vernacular village) dirancang oleh generasi Desa vernakular Kamanasa dibentuk dari pola
pertama penghuni desa dan dikembangkan lebih tata suku Lawalu yang mengelompok (cluster).
lanjut generasi keturunan mereka (Lake, 2015). Komposisi tatanan desa vernakular Kamanasa
Pengembangan keruangan desa vernakular secara tersusun dari 9 rumah adat (uma) yang
keseluruhan mengacu pada tatanan fisik yang berorientasi mengelilingi uma Katuas, bangunan
ditetapkan generasi pendiri desa melalui ritual megalitikum sebagai tempat persembahan yang
adat, yang mengundang nenek moyang hadir dan disebut siding (pelataran terbuka).
memberi tanda-tanda pengarah bagi orang desa
(Purbadi, 2017). Uma Katuas adalah rumah raja dari suku
Lawalu yang berfungsi untuk merangkul semua
Unsur-unsur Arsitektur warga suku yang ada di desa Kamanasa dan
merupakan temapt untuk upacara adat skala desa.
Unsur atau elemen pembentuk arsitektur Uma Katuas (rumah raja) suku Lawalu hanya
dijabarkan oleh Ching (2000) sebagai bagian boleh dimasuki oleh orang-orang tanpa
yang memiliki keterkaitan satu sama lain, dan mengenakan pakaian, melainkan hanya
keterkaitan dengan sistemnya membentuk satu mengenakan sarung (kain tenun khas suku). Uma
kesatuan tatanan yang sifatnya konseptual. Unsur Katuas hanya dimasuki setahun sekali tepatnya
atau elemen pembentuk arsitektur tersebut ada 5 saat diadakan upacara adat. Di dalamnya hanya
(Salura, 2001), yakni: terdapat periuk tanah yang berisi air.
a. Bentuk: titik temu antara massa dan ruang;

177
Kristiana Bebhe, dkk: Konsep Ekologis Pada Permukiman Suku Lawalu di Kamanasa Kabupaten Malaka,
Nusa Tenggara Timur

Gambar 1. Tapak desa Kamanasa suku Lawalu dan 3 elemen arsitektur


Sumber: (Laboratorium Arsitektur Vernakular, 2012)

Gambar 2. Bentuk arsitektur vernakular suku Lawalu di desa Kamanasa


Sumber: (Laboratorium Arsitektur Vernakular, 2012)

178
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 3, April 2019 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X

(Yeang, 2006). Dalam kajian pustaka dilakukan


pembacaan ulang data lapangan berlandaskan
teori konsep eko-arsitektur. Lokasi penelitian
adalah desa Kamanasa, Kabupaten Malaka.
Obyek yang diteliti adalah arsitektur vernakular
suku Lawalu. Letak desa Kamanasa adalah 124o
54’BT, 9o 34’ LS, berjarak kurang lebih 66,5 km
dari kota Betun (Statistik, 2017).
Langkah-langkah penelitian yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Survey lapangan dilengkapi dengan logbook
penelitian lapangan yang terfokus pada
fenomena arsitektur vernakular Kamanasa
yang diketahui bermuatan indikasi konsep
eko-arsitektur sebagai bagian dari
penentuan sampel-sampel yang akan dipilih
untuk diteliti secara mendalam;
Gambar 3. Denah uma suku Lawalu 2. Setelah sampel ditentukan, selanjutnya
Sumber: (Laboratorium Arsitektur Vernakular, dilakukan observasi dan pencatatan
2012) mengenai aspek-aspek ekologis pada obyek
penelitian (logbook);
Bagian-bagian denah uma terdiri dari: 3. Pembacaan identifikasi unsur-unsur
arsitektural dari obyek studi terpilih secara
a. Uma laran
purposif didasari prinsip konsep desain
Merupakan bagian inti sebuah uma. Uma ekologis. Parameter eko-arsitektur untuk
laran berfungsi sebagai tempat memasak dan melihat dan mengidentifikasi hal tersebut
tempat tidur bagi para wanita serta tempat adalah prinsip konsep eko-arsitektur
menyimpan benda pusaka milik suku Lawal. (Cowan, 1996), yakni:
b. Labis leten a. Solution Grows from Place;
b. Ecological Acounting Inform Design;
Merupakan tempat duduk bagi para tetua adat c. Design with Nature;
di saat adanya upacara adat, tempat tidur d. Everyone is a Designer;
kaum lelaki dan ruang tamu sehari-hari. e. Make Nature Visible.
c. Labis kraik Variabel penelitian ini yaitu:
Merupakan tempat duduk para mantu saat a. Variabel arsitektur, meliputi: bahan bangunan,
upacara adat, dan area struktur dan konstruksi, utilitas, fungsi ruang,
duduk/bersantai/bertamu sehari-hari. pemakai/pengguna ruang, dan tata ruang.
d. Teras Pengamatan ini dilakukan pada waktu yang
berbeda-beda dengan responden perangkat
Teras belakang merupakan area servis, desa, tetua adat suku Lawalu, dan pengguna
seperti tempat mencuci piring dan aktivitas ruang;
lainnya. Sedangkan teras depan difungsikan
sebagai tempat duduk pada area penerima. b. Variable non-fisik yang diobservasi dan
dianalisis meliputi peraturan-peraturan suku,
Metode Penelitian norma-norma adat terkait konsep ekologis,
tradisi, dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif Dari hasil penelusuran kemudian dipetakan
(Muhadjir, 1996). Metode kualitatif didukung hasilnya dengan teknik tabulasi yang memuat
oleh kajian pustaka baik itu pustaka substansi. kasus dikaitkan dengan kajian pustaka. Dari hasil
Pustaka substansi terutama pustaka yang memuat tabulasi-kualitatif, dilakukan proses penyimpulan
informasi tentang prinsip konsep eko-arsitektur yang menunjukkan adanya akumulasi indikasi
prinsip eko-aristektur.

179
Kristiana Bebhe, dkk: Konsep Ekologis Pada Permukiman Suku Lawalu di Kamanasa Kabupaten Malaka,
Nusa Tenggara Timur

Hasil dan Pembahasan Aspek kepercayaan berperan dalam


menentukan waktu pendirian uma, dan hal-hal
Konsep ekologis pada arsitektur vernakular
tertentu terkait penggunaan material bangunan di
suku Lawalu di desa Kamanasa yang dapat
desa vernakular Kamanasa. Raja atau Ketua Suku
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
Lawalu adalah orang yang berperan dalam
menentukan hal-hal tersebut. Tujuan konsultasi
a. Solution Grows from Place
dan mendapat restu dari raja atau ketua suka
Aspek alam menjadi perhatian penting menjadi prinsip dalam membangun uma agar
dalam setiap pembangunan uma di desa selamat sejahtera proses pembangunan hingga
vernakular Kamanasa suku Lawalu. Penggunaan uma dihuni. Selain itu tugas dari raja atau ketua
material lantai, dinding, atap, struktur, dan suku dalam menentukan material uma merupakan
konstruksi menggunakan material alam yang bagian dari keputusan membangun sehingga
tersedia di sekitar kompleks desa Kamanasa. tidak mengganggu lingkungan. Penentuan
Selain penggunaan material alam untuk elemen material yang dilarang, baik jumlah maupun jenis
bangunan, bentuk bangunan uma adalah persegi kayu dan lokasi pengambilan yang dikeramatkan
panjang. Bentuk persegi panjang merupakan menjadi pertimbangan dari raja atau ketua suku.
bentuk yang dapat meminimalisir perpindahan Mata air adalah wilayah yang disakralkan. Sesaji
kalor/panas (Pramitasari, 2011). Model atau tipe pada upacara sedakah bumi diletakkan di mata air
bangunan uma adalah bangunan tipe rumah oleh ketua suku. Masyarakat suku Lawalu di desa
panggung. Prinsip rumah panggung adalah solusi vernakular Kamanasa masih sangat menjaga dan
untuk masalah kelembaban dan memanfaatkan memegang teguh kepercayaan ini.
kolong lantai sebagai pori-pori pertukaran
Jarak antar satu uma dengan uma lain
thermal dari dalam bangunan ke luar bangunan
memungkinkan pergerakan udara dan masuknya
melalui lantai bambu
cahaya matahari ke dalam uma. Sebagian besar
Tata ruang uma sesuai dengan jenis memanfaatkan halamannya untuk area hijau.
aktivitas, norma-norma suku, serta kebutuhan Pohon-pohon besar tidak ditanam pada halaman
lainnya. Pola ruang uma cenderung masih uma tapi ditanam pada sekeliling halaman luar
mengikuti pola rumah jaman leluhur karena kompleks desa Kamanasa. Hal ini tidak terlalu
secara umum, norma sosial masyarakat suku mempengaruhi pergerakan udara dan
Lawalu belum mengalami perubahan, demikian penghawaan di dalam ruangan karena karakter
pula pola budayanya sebagai solusi pembentuk desain uma (rumah panggung, ditambah dinding
pola ruang uma. Jenis material lantai sebagai uma berpori) sudah cukup sejuk. Selain itu, posisi
pembentuk ruang menggunakan material alam permukiman dikelilingi oleh hutan dan lahan
yaitu bambu. pertanian yang dapat mempengaruhi kenyamanan
b. Ecological Acounting Informs Design udara pada kompleks desa Kamanasa.

180
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 3, April 2019 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X

181
Kristiana Bebhe, dkk: Konsep Ekologis Pada Permukiman Suku Lawalu di Kamanasa Kabupaten Malaka,
Nusa Tenggara Timur

Gambar 4. Arah pergerakan angin dari tapak


Sumber: (Laboratorium Arsitektur Vernakular, 2012)

Gambar 5. Pergerakan matahari pada tapak desa Kamanasa


Sumber: (Laboratorium Arsitektur Vernakular, 2012)

182
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 3, April 2019 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X

c. Design with Nature d. Everyone is a Designer


Pola perletakan uma berorientasi dari Utara Partisipasi sosial merupakan social capital yang
– Selatan dan pengaturan jarak antar uma masih sangat kental dalam masyarakat suku
memanfaatkan energi pencahayaan secara Lawalu. Pada proses pendirian uma, partisipasi
optimal. Dampak buruk panas matahari yang ini dilakukan dalam bentuk pemberian material,
terik diatasi dengan orientasi bukaan yang pemikiran, maupun tenaga. Untuk uma katuas
umumnya berorientasi kea rah Utara – Selatan. dikerjakan oleh semua masyarakat desa
Pengelolaan sumber daya lokal sebagai bahan vernakular Kamanasa.
bangunan dan sumber-sumber energi bagi
e. Make Nature Visible
kegiatan sehari-hari masyarakat.
Luasnya pelataran terbuka di antara uma dan
Tanggapan arsitektur (rumah, fasilitas
tidak tertutup oleh material perkerasan modern
umum, lahan pertanian, dan lain-lain) atas
memungkinkan area kompleks desa Kamanasa
permasalahan lingkungan fisik (geografis, dan
menjadi area peresapan air yang baik.
iklim) misalnya dalam bentuk zonasi wilayah
Pengendalian cahaya matahari yang berlebihan
permukiman, hutan adat, dan lahan garap
diatasi dengan anyaman klenik (sebagai
(kebun); perletakan uma disesuaikan dengan
penghalang matahari/sunscreen) yang dibuat dari
kontur tanah; bahan bangunan uma yang
material lokal.
dirancanga oleh masyarakat suku Lawalu
dirancang sesuai dengan kondisi iklim (ringan, Uma didesain dengan mengoptimalkan
berongga, atap miring sebagai solusi masalah kebutuhan sumber daya material/bahan
curah hujan dan sinar matahari, rongga bagian bangunannya, sehingga sumber daya/material
dinding dan lantai untuk mengurangi bahan tidak akan habis bagi generasi selanjutnya.
kelembaban); dan sebagainya. Masyarakat suku Lawalu tidak melakukan
eksploitasi terhadap hutan untuk mendapatkan
Bambu sebagai penutup dinding dan lantai,
bahan material bangunan uma. Mereka hanya
daun gewang sebagai penutup atap adalah
mengambil secukupnya untuk memenuhi
material lokal yang masih sangat banyak dan
kebutuhan akan uma saat dibangun sesuai arahan
potensil sampai kini. Secara ekologis, hal ini
dan aturan raja/ketua suku.
sangat sesuai dengan konsep ekologis yang lebih
mengutamakan penggunaan bahan bangunan
lokal.

Tanpa perkerasan menjadi area peresapan air

Gambar 6. Halaman terbuka menjadi area peresapan air


Sumber: (Laboratorium Arsitektur Vernakular, 2012)

183
Kristiana Bebhe, dkk: Konsep Ekologis Pada Permukiman Suku Lawalu di Kamanasa Kabupaten Malaka,
Nusa Tenggara Timur

Adanya penyaring sinar matahari/


sunscreen

Gambar 7. Klenik
Sumber: (Laboratorium Arsitektur Vernakular, 2012)

KESIMPULAN saat nanti terjadi perubahan status sosial, mereka


tetap paham nilai-nilai ekologis yang harus tetap
Ditinjau dari 5 prinsip konsep ekologis
dijaga dari lingkungan desa vernakular
(Cowan, 1996) arsitektur di desa vernakular
Kamanasa.
Kamanasa masih memenuhi ‘standar’ sebagai
arsitektur yang ekologis. Arsitektur masyarakat
suku Lawalu di desa Kamanasa masih mampu DAFTAR PUSTAKA
mewadahi kebutuhan manusia-masyarakat serta
sesuai dengan kondisi lokalitasnya. Desain Aqli, W. (2015). Anatomi Bubungan Tinggi
arsitektur vernakular desa Kamanasa sangat Sebagai Rumah Tradisional Utama Dalam
akomodatif atau sesuai dengan kondisi Kelompok Rumah Banjar. NALARs, 10(1),
masyarakat yang taat pada aturan dan norma adat 71–82.
lokal (Ecological Accounting Informs Design), https://doi.org/10.24853/nalars.10.1.
memiliki keterkaitan dengan lingkungan sebagai
bagian dari solusi desain (Solution Grows From Cowan, S. (1996). Ecological Design. USA:
Place), memiliki pemahaman terhadap proses- Island Press.
proses alamiah baik iklim, topografi dan sosial
(Design with Nature), semakin berupaya Dwijendra, N. K. A. (2003). Perumahan dan
memperkecil dampak negatif terhadap Permukiman Tradisional Bali.
lingkungan (Make Nature Visible), dan hubungan Permukiman “Natah.”
sosial masih sangat kental sehingga gotong- https://doi.org/10.5614/jrcp.2017.28.1.2
royong dan kerja bakti dalam berbagai proses Frick, H. (1998). Dasar-dasar Eko-Arsitektur.
pembangunan uma katuas merupakan modal
Yogyakarta: Kanisius.
sosial yang utama (Everyone is a Designer).
Penerapan konsep dan prinsip ekologis pada Frick, H. (2006). Arsitektur Ekologi.
arsitektur vernakular masyarakat desa Kamanasa Yogyakarta: Kanisius.
ini juga didukung oleh aspek kepercayaan budaya
yang masih dipegang teguh. Masyarakat suku Djono, Utomo, T. P., & Subiyantoro, S. (2012).
Lawalu diberi pemahaman mengenai nilai-nilai Nilai Kearifan Lokal Rumah Tradisional
positif (terutama terkait konsep ekologis) tanpa Jawa. Humaniora, 24(3), 269–278.
disadari yang terkandung dalam budaya, https://doi.org/10.22146/jh.v24i3.1369
kepercayaan, dan aturan-aturan adat yang
diwariskan sampai sekarang sehingga jika suatu Kartono, J. L. (2005). Konsep ruang tradisional
jawa dalam konteks budaya. Dimensi

184
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 3, April 2019 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X

Interior, 3(2), 124–136.


https://doi.org/10.9744/interior.3.2.
Laboratorium Arsitektur Vernakular, U. (2012).
Laporan Penelitian Studi Lapangan
Arsitektur Belu. Kupang: Program Studi
Arsitektur, Fakultas Teknik, UNIWRA.

Lake, R. (2015). Gramatika Arsitektur


Vernakular Suku Atoni Di Kampung
Adat Tamkesi Di Pulau Timor.
Yogyakarta: CV. Sunrise.

Muhadjir, N. (1996). Metodologi Penelitian


Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Pramitasari, P. h. (2011). Pembangunan


Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal
pada Bangunan Vernakular. Seminar
Nasional The Local Tripod, Akrab
Lingkungan, Kearifan Lokal dan
Kemandirian (p. 229). Malang: Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya.

Purbadi, Y. D. (2017). Continuity and Change


Dalam Arsitektur Vernakular Kajian
Fenomena Lopo Di Desa Kaenbaun.
Seminar Nasional Riset dan Teknologi
Terapan (p. 70). Kupang: Program Studi
Teknik Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Katolik Widya Mandira.

Salura, P. (2001). Ber-arsitektur: Membuat,


Menggunakan, Mengalami, dan
Memahami Arsitektur. Bandung:
Architecture & Communication.

Statistik, B. P. (2017). Malaka Dalam Angka


2017. Belu: BPS Belu.

Titisari, E. Y. (2012). Konsep Ekologis Pada


Arsitektur di Desa Bendosari. Ruas, 20-
31.

Yeang, K. (2006). A Manual For Ecological


Design. Jerman: Wiley Academy.

185

View publication stats

You might also like